Ajak Para Pelaku Usaha Kecil Tetap Tangguh di Masa Pandemi

SIARAN PERS, KEDIRI, JAWA TIMUR — Basori (58), sudah 16 tahun lamanya berjualan sate kambing di sekitar rumahnya, wilayah Kediri, Jawa Timur. Tapi sejak pandemi menyerang secara nasional, ia mengalami frustasi besar. Pendapatannya jatuh drastis hingga turun 70 persen. Sementara tanggungan pinjaman ke Bank menuntut harus terus dibayarkan.

"Kembali modal saja berat, Mas, apalagi harus untung. Saking bingungnya, sekarang nyambi ngarit dan merawat sapinya tetangga,” aku Basori kepada tim Dompet Dhuafa Cabang Jawa Timur saat ditemui di kediamannya, Minggu (11/10/2020).

Pandemi Covid-19 yang melanda sejak Maret 2020 lalu, menyisakan dampak ekonomi nasional yang luar biasa. Seluruh lapisan masyarakat pasti turut merasakannya. Bahkan prusahaan besar pun, tak sedikit yang mengalami kebangkrutan. Terutama yang dialami oleh para pelaku UMKM yang mayoritas adalah masyarakat kelas menengah ke bawah.

Sektor UMKM yang mayoritas terdiri dari pelaku usaha mikro sebanyak 66,3 juta unit, usaha kecil sebanyak 783 ribu unit, usaha menengah 60 ribu unit dan usaha besar sebanyak lima ribu unit, semuanya merasakan dampak ekonomi oleh pandemi. Kontribusi para UMKM terhadap PDB Indonesia, mencapai 60,9%. (sumber: Media Indonesia). Jadi, bisa dikatakan, UMKM menjadi tiang penyangga ekonomi Indonesia.

Di masa pandemi, daya beli masyarakat pun berkurang. Hal tersebut membuat pendapatan para pelaku UMKM ikut merosot. Mereka mulai merasa kesulitan dalam menyeimbangkan antar siklus keuangan, bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan operasional produksi karena perolehan omset yang tidak sesuai harapan. Bahkan sebagian UMKM sudah berada di ambang kritis dan merugi. Ada juga yang stres berfikir keras hingga memutuskan untuk pindah profresi jualan. Hal tersebut lah yang dirasakan oleh Basori.

“Atas dampak merosotnya ekonomi yang semakin dialami oleh masyarakat kecil. Kami berusaha mendatangi dari rumah ke rumah untuk terus memberikan dukungan, baik secara materiil maupun secara moril, yaitu memeberikan semangat untuk tetap tangguh,” terang Kholid Abdillah, Pmpinan Cabang Dompet Dhuafa Jawa Timur.

Selain Basori, tim Dompet Dhuafa Jatim juga menemui beberapa beberapa pelaku usaha kecil lainnya, salah di antaranya Win (62), Purnomo (57) dan Ida (48). Penghasilan dari profesi mereka sebagai pedagang kecil di wilayah Kediri, tak mampu memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya.

Diceritakan oleh Ida, sebelum pandemi pendapatan kotornya bisa mencapai Rp 300.000 per hari. Namun saat ini merosot jauh. Apesnya lagi, Ida sempat kemalingan bulan lalu. Barang dagangannya dicuri orang. Beras, minuman kemasan, mie instan, bahkan tabung gas kosong pun ikut terambil.

Sambil mengusap air matanya Ida bercerita, "Dapat Rp 50.000 aja susahnya setengah mati, gimana ini, jualan kok malah rugi. Ngga jualan malah tambah stress. Malah kemarin kemalingan”. (Dompet Dhuafa / Foto: DD Jatim / Penulis: Muthohar, DD Jatim / Editor: Dhika Prabowo)