Amalan Istimewa di Awal Dzul Hijjah (Bagian Dua)

Mengingat hari raya Idul Adha sendiri termasuk ke dalam bulan yang penuh dengan ganjaran pahala dan amal Shaleh, yakni bulan Dzul Hijjah. Pada artikel sebelumnya, sudah disinggung beberapa amalan yang harus dilakukan selama di 10 awal bulan Dzul Hijjah. Kali ini Dompet Dhuafa masih akan melanjutkan amalan-amalan apa saja yang dianjurkan oleh islam di bulan Dzul Hijjah ini.

1. Memperbanyak Dzikir
Anjuran berdzikir biasanya dilakukan pada hari tasyrik. Sebuah hari (11, 12, 13 Dzul Hijjah) setelah Idul Adha. 

Allah SWT telah berfirman :
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah ayat 203).

Yang dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah tiga hari setelah Idul Adha, yaitu hari tasyrik. Ini merupakan pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama. Sementara Ibnu Abbas dan Atha berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang” jumlahnya empat hari; Idul Adha dan 3 hari setelahnya (Lathaiful Ma’arif, hlm. 314).

Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim 1141, dan yang lainnya).

Keterangan lain juga disebutkan dalam Aunul Ma’bud, Syarh Sunan Abi Daud,

"Yaumul Qor adalah hari setelah Yaumun Nahr. Karena di hari itu, jamaah haji menetap di Mina, setelah mereka menyelesaikan thawaf ifadhah dan berqurban. Kemudian mereka beristirahat. (Aunul Ma’bud, 5/127).

Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari tasyrik sebagai hari memperbanyak dzikir. Dan itu jauh lebih baik ketimbang mengisi hari tasyrik dengan perbuatan tidak baik yang mendatangkan dosa.

2. Ibadah Haji dan Umroh
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imron ayat 97:

“Kewajiban bagi manusia kepada Allah, berhaji ke baitullah, bagi siapa saja yang memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan”

Dalam hadist lain juga dijelaskan anjuran untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh:
"Dan haji mabrur, tidak ada balasan untuknya selain surga." (HR Muslim).

Namun dengan catatan jika mampu. Jangan sampai karena berniat menunaikan ibadah haji atau umroh, seseorang menghalalkan segala cara untuk bisa sampai kesana. Bahkan tidak mengindahkan cara-cara yang halal. Jika seperti itu, lebih baik tidak dilakukan. Ibadah haji dan umroh harus didasari oleh hal yang baik, niat yang baik, dan sumber yang baik. Tidak dengan korupsi, menipu, memeras dll.

3. Melaksanakan Sholat Ied
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar ayat 2 :

“Laksanakanlah shalat untuk Rabmu dan sembelih-lah qurban.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum pria?” Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 24/183, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H. (Rumasyho.com)

Jangan lupakan amalan lainnya
Selain yang disebutkan di atas. Seorang muslim juga jangan melupakan anjuran-anjuran lainnya misal seperti membaca dan mengamalkan Al-Quran, menghormati dan menyayangi sesama manusia, menjaga kelestarian alam, perkuat tali silaturahmi, toleransi dll.

Sabda Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam:

“Seandainya kamu tidak pernah berbuat dosa, pastilah Allah membinasakan kamu dan akan didatangkannya suatu kaum yang melakukan dosa, lalu mereka beristighfar dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR. dari Abu Ayyub Al-Ansari)