Bahagia Khasiati, Terima Sembako Di Tengah Wabah Covid-19 (Bagian 1)

SIARAN PERS, JAKARTA — Sekalipun sudah menunjukan pukul 11.00 WIB, namun sepanjang jalan pasar Gembrong Nampak belum begitu ramai. Wabah Corona (Covid-19) telah membuat gairah perekonomian di wilayah tersebut redup. Tidak jauh dari Pasar Gembrong, terdapat pemukiman padat penduduk. Sekalipun begitu, di pemukiman padat penduduk pun juga sepi. Sesekali warganya keluar hanya untuk menyapa warga yang lain. Begitu pula dengan Khasiati (59), yang juga bingung tak bisa bekerja. Sejak Corona merebak, taka ada seorang pun yang meminta jasanya, yaitu mencuci pakaian.

“Sepi mas, gak ada yang minta dicuciin bajunya,” tukas ibu empat anak tersebut.

Tidak bisa dimungkiri, covid-19 memaksa siapapun untuk ikut mengkarantina diri di rumah masing-masing. Pencegahan paling efisien hanyalah dengan cara seperti itu. Namun, tidak semua kelompok masyarakat mendapat kesempatan yang sama dalam hal kesehatan. Seperti Khasiati, yang tak bisa hanya diam di rumah, karena harus mencari nafkah harian.

“Lha gimana mas, cuma dari nyuci itu penghasilanya,” akunya.

Karena begitu, ia pun terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hariannya, segaris dengan macetnya jasa cuci rumahannya. Setiap bulan, ia biasa mendapat Rp. 800 ribu dari keahliannya mencuci pakaian. Tapi kini, ia hanya bisa berdoa, dan mencari jalan keluar atas keterbatasannya. 

“Dulu sebelum corona, bisa dapat Rp. 800 ribu mas. Tapi sekarang ya belum ada sama sekali,” tuturnya.

Sedikit bernafas lega, ia dan keluarga didatangi tim Dompet Dhuafa. Sebuah paket sembako berisi bahan pangan yang setidaknya cukup untuk waktu beberapa minggu kedepan ia dapatkan. (Dompet Dhuafa/Zul)