Bimbingan Rohani Pasien, Lebih Dari Sekedar Obat

SIARAN PERS, JAKARTA — Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Seperti itu hal yang sering di dengar dalam konsep keberhasilan. Termasuk diantaranya keberhasilan menggapai kesembuhan. Penyakit bisa kapan saja datang menghampiri. Menjadi cobaan atas keimanan seseorang. Bimbingan Rohani Pasien (BRP) adalah progam dari Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa yang khusus mengisi ruang tak terlihat dalam dunia medis tersebut, yaitu kemauan untuk sembuh.

“Bimbingan Rohani Pasien (BRP) menempatkan diri sebagai pelengkap pengobatan dan pelayanan medis di rumah sakit. Faktor spirirtual memiliki pengaruh yang sangat besar pada proses pengobatan pasien,” terang Direktur Budaya, Dakwah dan Layanan Masyarakat Dompet Dhuafa, Ahmad Shonhaji, saat ditemui di acara pelatihan BRP Untuk Tenaga Medis di RS Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.

Hal sederhana yang bisa menjadi contoh pengaruh spiritual dalam kesembuhan dapat ditemui dalam budaya menjenguk orang sakit. Dukungan berupa senyuman dari orang sekitar akan memberi dampak pada kemauan pasien untuk lebih cepat sembuh. Ketika orang sakit tidak mendapatkan perhatian dari orang sekitar, maka sudah pasti akan lebih sulit mandapat kesembuhan. Shonhaji juga memberikan contoh seperti saat meminum obat. Pelafalan doa akan memberikan dampak psikologis lebih pada pasien. Tepatnya memberikan sugesti lebih pada pasien.

“Teman gak ada yg jenguk, urusan banyak, yang ngerawat bete orangnya. Tentu akan memengaruhi pada kesehatan pasien. Sederhana lagi, seperti saat kita minum obat. Kita bilang ke anak agar coba baca bismillah dulu. Tentu ia akan lebih nyaman dan optimis akan kesehatannya,” tambahnya.

Pertemuan psikolog dan konselor seluruh dunia pada Juni 2003, bersepakat bahwa urgensi bimbingan rohani sebagai pengangkatan religiusitas pasien yang berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Bina Rohani Pasien telah diinisiasi oleh LPM Dompet Dhuafa sejak 2003. Telah memberikan motivasi kesembuhan pada ribuan pasien di banyak rumah sakit. Bukan hanya pada sektor medis, BRP juga berhasil masuk dalam kurikulum perguruan tinggi dan mendapat kajian akademis tersendiri. 

“BRP dimulai Dompet Dhuafa pada 2003 dan kami terus berkembang. Hingga kita juga berhasil meyakinan BRP untuk menjadi mata kuliah di universitas, salah satunya mata kuliah BRP di UIN Jakarta,” jelas Shonhaji. (Dompet Dhuafa/Zul)