Dapur Umum Ramaikan Ramadhan Di Wilayah Terdampak Longsor

SIARAN PERS, BOGOR — Bulan Suci kali ini, banyak menghadirkan kisah pilu. Pertama, merebaknya virus Corona (Covid-19). Kedua, bencana alam banjir dan longsor di Bogor. Tepatnya Kp. Suluduk, Desa Wangunjaya, Kec. Leuwisadeng. Longsor menghantam kampung tersebut sebanyak tiga kali pada Rabu (13/5/2020) dini hari.

Longsor pertama pada pukul 01:00 WIB dan kedua pada 04:00 WIB. Sedangkan yang terakhir terjadi pada pukul 05:00 WIB. Akibat longsor tersebut, 14 rumah warga rusak. Ada 16 Kepala Keluarga dengan total 54 jiwa terdampak langsung. Alias yang rumahnya hancur terseret longsor. Namun keseluruhan ada 73 kepala keluarga yang mengungsi atau 292 jiwa. Kemudian satu korban meninggal dunia. 

Dompet Dhuafa mengalihkan fungsi dua rumah di sekitaran pos pengungsian SMP PUI Setia Negara, menjadi Dapur Umum, pada Kamis (14/5/2020). Kurang lebih Dapur Umum tersebut menyediakan masing-masing 100 porsi makanan pokok untuk berbuka dan sahur. Dapur Umum tersebut terletak di Kp. Curug, Desa Wangunjaya, Kec. Leuwisadeng, Kab. Bogor. Dapur Umum berfungsi memberikan makanan bagi warga terdampak di saat berbuka puasa dan sahur. Karena sebagian besar warga terdampak langsung mengungsi di sini. Ditambah, pos di kampung tersebut bukan merupakan pos utama. Sehingga bantuan yang disalurkan melalui pos utama akan memakan waktu lama tiba di lokasi tersebut.

Kampung Suluk sebagai penghubung dua kampung, telah habis tertelan longsor. Satu-satunya jalur penghubung kampung yang ada harus melewati jalan ekstrim: tanjakan tinggi, belokan tajam dan berdekatan dengan tebing. 

"Di sini kalau mau sahur, kita keliling dulu buat sumbangan. Istilahnya prelek gitu. Setelah dikumpulin baru kita bagi-bagi ke warga terdampak. Karena belum ada titik pusat untuk penyediaan semacam ini," jelas Ustadz Anwar, selaku tokoh setempat. 

Rata-rata pengungsi akan kembali ke pos pengungsian pada malam hari. Sedangkan pagi dan siang mereka kembali ke lokasi longsor untuk melihat sisa-sisa rumah mereka. 

"Kadang masih suka takut. Walaupun lucu sendiri juga. Kita pernah ketakutan gara-gara ada suara pecah piring di malam hari. Pernah juga takut karena suara kipas angin nenggema lewat pengeras suara di masjid. Kadang emang agak lucu, tapi ya bagaimana lagi," ujar salah seorang pengungsi. (Dompet Dhuafa/Fajar)