Dompet Dhuafa Hong Kong Kembali Kunjungi WNI di Penjara Tai Lam

SIARAN PERS, HONG KONG — Pada Minggu (18/10/2020), tim Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) kembali melakukan kunjungan ke salah satu penjara di Negeri Beton, Tai Lam Correctional Institution. Salah satu yang turut ikut dalam kunjungan kali ini, Yudi Ja’far Sudirman, seorang warga Indonesia yang bekerja di perusahaan shipping management Hong Kong dan aktif di pengajian Halaqoh Ekspatriat yang rutin digelar rutin di kantor DDHK tiap Jum’at malam.

Bagi Sudirman, ini adalah pengalaman pertamanya berkunjung ke penjara Hong Kong. Mantan pelaut beranak tiga ini pun mendapatkan kesan pertama yang indah dari sistem layanan yang disediakan otoritas pengelola penjara Hong Kong.

“Mereka memberikan layanan yang ketat, tertib prosedur, dan tegas, tapi tidak menyeramkan. Petugasnya sangat kooperatif dan ramah. Sangat bagus penataan alur prosedurnya. Bahkan bagi saya yang baru pertama kali, tidak mengalami kesulitan dan tidak bingung, asalkan mengikuti prosedur yang ada,” kata Sudirman.

Berkaca pada layanan penjara di Tanah Air yang banyak kontroversi dan sering beredar rumors negatif, awalnya Sudirman mengaku kuatir. Tapi setelah datang, kekuatiran itu serta merta menguap, karena ia menemukan kenyataan yang jauh berbeda antara kondisi layanan penjara Indonesia dan Hong Kong.

“Spiritnya benar-benar melayani masyarakat. Dari pos pemeriksaan pertama sampai pintu gedungnya, disediakan angkutan seperti golfcar berkapasitas 11 orang,” ujarnya.

Bawakan Buku hingga Pembalut

Sebelum kunjungan dilakukan, para warga Indonesia yang hendak dikunjungi menyampaikan surat permintaan untuk dikunjungi kepada DDHK. Surat itu juga berisi permintaan bantuan untuk dibawakan perlengkapan yang dibolehkan tapi tidak disediakan penjara.

“Kemarin kami membawa pensil, bedak, pembalut, buku, dan tissue basah. Dari pihak penjara sudah ditentukan apa saja yang boleh dibawakan dalam sebulan. Ada daftarnya. Termasuk, merk dan ukurannya,” kata Sudirman.

Saat kunjungan sepekan lalu, ada pulpen yang ditolak petugas dan tak dibolehkan diberikan ke seorang tahanan yang ingin dikunjungi. Sebab, sepekan lalu tahanan tersebut juga dikunjungi dan telah dibawakan pulpen.

“Ternyata, tiap tahanan hanya boleh menerima tiga pulpen sebulan. Mereka (penjara) ada datanya,” ujar pria yang pernah singgah di Jepang, Taiwan, Korea, Australia, dan Qatar saat 15 tahun menjadi pelaut.

Beri Motivasi

Sudirman bercerita, seorang tahanan hanya bisa dikunjungi oleh 3-4 orang. Itupun, dibatasi hanya 30 menit.

“Suasananya seperti di film-film. Ada 10 bilik kaca transparan. Saat datang, kami diberitahu harus datang ke bilik nomor berapa, yang ingin kita kunjungi sudah ada di bilik tersebut saat kita datang. Saya kemarin di bilik nomor 4. Bersama seorang relawan lainnya, kami berkomunikasi dengan tahanan menggunakan telepon,” ujarnya.

Karena batasan waktu tersebut, Sudirman lebih banyak mendengarkan apa yang ingin disampaikan tahanan tersebut. Padahal, banyak hal yang sebelumnya ingin dia tanyakan terkait dengan berbagai aktivitas dan kondisi di dalam penjara.

“Waktu 30 menit serasa sangat singkat. Jangan sampai, gara-gara kami banyak tanya, akhirnya pesan yang ingin dia sampaikan tidak kesampaian,” kata Sudirman.

Tahanan yang dikunjungi Sudirman menyampaikan bahwa pekan ini dia menghadapi sidang perdana, setelah menjalani proses hukum selama delapan bulan.

“Hatinya masih bimbang, bagaimana menjelaskan persoalan yang dihadapainya ke keluarga, terutama kepada anaknya. Menurut pengakuannya, dia dijebak sepupunya. Lalu, kami memberikan motivasi kepadanya,” ujar pria yang telah tinggal di Hong Kong 2,5 tahun ini.

Berawal dari Kajian di Halaqah

Sudirman bertutur, dirinya bisa ikut kunjungan ke penjara berawal dari kajian di Halaqah pada 2019 silam, sebelum adanya wabah Covid-19. Pada kajian itu, ustaz membahas perkembngan Islam sebagai agama yang pemeluknya merupakan minoritas di Hong Kong.

Saat bahasan menyerempet tentang warga di Hong Kong, General Manager DDHK, M Imam Baihaqi, mengutarakan terkait program sosial bahwa institusi yang dipimpinnya rutin melakukan kunjungan ke penjara-penjara, menemui warga Indonesia yang sedang menjalani masa tahanan.

“Saat itu, Pak Imam menawarkan, siapa yang minat bisa ikut. Saya bilang ke Pak Imam, kalau ada kesempatan saya boleh diajak, biar tau kondisinya seperti apa,” ujar suami dari Tika Novika ini.

“Ketika ada agenda kunjungan ke penjara, beliau infokan lagi ke saya. Alhamdulillah, saya lihat schedule (jadwal), saya bisa. Lalu, Pak Imam minta data pribadi saya untuk disampaikan ke pihak penjara beberapa hari sebelum hari kunjungan,” kata Sudirman.

Kunjungan sendiri, bertujuan untuk menyemangati warga Indonesia yang menjadi tahanan di penjara Hong Kong. Selain, memberikan bantuan berupa perlengkapan yang mereka butuhkan.

“Untuk saya pribadi, setelah datang ke sana (penjara), menjadi lebih bersyukur, betapa beruntungnya kita yang hidup di luar penjara dan bebas memilih kehidupan yang diberikan Allah. Di saat yang sama, banyak saudara kita yang mendapatkan teguran Allah dengan cara berbeda yang lebih sulit untuk dijalani,” kata pria yang berulang tahun pada 26 Desember ini. (Dompet Dhuafa/ Foto & Penulis: DD HK / Editor: Dhika Prabowo)