Dongeng Pelipur Lara untuk Banjir Bandang Lebak

LEBAK, BANTEN — Bencana banjir bandang yang melanda titik terparah di 3 kecamatan di Lebak yakni Lebak Gedong, Cipanas dan Sajira, membawa duka bagi masyarakat setempat. Di posko Dompet Dhuafa tepatnya di Pondok Pesantren Darul Mustafa, Desa Luhur Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, lebih dari 600 jiwa dari kurang lebih 130 Kepala Keluarga mengungsi akibat rumah mereka hancur, ada yang tertimbun longsor, tersapu banjir bandang dan tergerus tanah. Namun harapan tetap harus ada, meski dada bertabur lara. Sekitar 1.800 porsi makan harus disediakan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Satu unit mobil tangki, satu mobil dapur keliling, satu mobil toilet siaga untuk kebutuhan dasar tersebut.

Dompet Dhuafa membuka posko bekerja sama dengan pondok pesantren mencoba melayani mereka dengan sepenuh daya upaya. Mulai dari dapur umum yang menyediakan kebutuhan makan, pos hangat untuk melayani dinginnya malam dan pagi jelang hari berganti, layanan medis, evakuasi hingga pendampingan psikologi terpadu. Langkah tersebut menjadi satu ihtiar bahwa penyintas tak sendirian dalam kebencanaan.

Hari ketiga tepatnya sabtu, 4 Januari 2020, Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan Kampung Dongeng Cilegon menghadirkan dongeng ceria bagi anak-anak penyintas bencana, sebagai pelipur lara. Bertujuan agar trauma tak melekat dalam dada dan raut bahagia bisa berwujud seutas tawa di tengah duka yang menganga. Lebih dari 60 anak setidaknya bisa menyunggingkan senyum meski ingatan mereka akan gemuruh longsor dan derasnya air sungai masih belum hilang sepenuhnya.

"Harapan kami, anak-anak bisa ceria setelah murung mengingat kejadian yang menimpa mereka. Besok kami akan hadirkan taman ceria dan fino badut untuk kembali menghibur mereka," ujar Sofik, relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa Banten.

Melahirkan di pengungsian

Seorang ibu yang kami biasa panggil "Si Teteh", bahkan harus merasakan duka lebih dalam. Pasalnya ia harus melahirkan buah hati tercinta di tempat mengungsi. Bukan klinik atau rumah sakit seperti kebanyakan ibu-ibu lain melahirkan bayinya. Beruntung ada tenaga medis yang membantu proses kelahiran. Sehingga keduanya bisa diselamatkan dalam kondisi sehat dan kuat. Selepas terlahir di dunia, sang bayi juga langsung mendapatkan asupan ASI sang ibu.

Bahagia di tengah duka atas lahirnya buah hati tercinta menjadi cerita yang tak mungkin terlupa. Satu lagi yang membuat kita mengelus dada, pesantren harus kembali belajar pada Senin, 6 Januari 2020. Namun karena ada banyak penyintas maka santri baru bisa masuk tanggal 12, mundur sepekan dari jadwal atas nama kemanusiaan. Sungguh pengelola pesantren amat mulia demi sesama, sekolah berjenjang MTs dan Madrasah Aliyah harus menunda jadwal belajarnya.

Kami harus berpikir kemana memindahkan mereka. Hunian sementara menjadi solusinya, tanah pesantren sudah disiapkan sebagai lahan untuk huntara, dari mana dananya itu pekerjaan rumah selanjutnya.

"Kami hanya punya waktu sampai Rabu, 9 Januari 2020 untuk menyiapkan hunian sementara. Semoga bisa direalisasikan. Karena untuk kembali ke rumah mereka, itu sangat berbahaya dan rumahnya sudah hancur di timbun longsor," ujar Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten.

Sampai Senin (6/1/2020) dini hari, belum ada kepastian kemana pengungsi akan dialihkan. Ada kemungkinan pengungsi bertambah sekitar 200 orang dari Lebak Gedong, keesokan harinya. Kami yakin banyak orang baik di luar sana yang akan membantu saudaranya yang tertimpa bencana. Semoga Allah SWT memudahkan dan memberi jalan bagi niat kebaikan agar duka tak semakin dalam. Sehingga harapan bisa kembali merekah. (Dompet Dhuafa/Banten)