Emil Dardak: Berani Berpikir Tanpa Batas

SIARAN PERS, BANDUNG — “Kala pandemi seperti saat ini banyak hal berubah dengan cepat, dan kalau pemuda tidak mengikuti ritme tersebut maka akan tertinggal, sebab bukan hanya kita melakukan perubahan tetapi orang lain bahkan teknologi. Contohnya di Jepang, teknologi telemedicine dikembangkan secara besar-besaran sehingga memberikan disrupsi bagi dunia kesehatan, selain itu dapat dipastikan menggeser lapangan pekerjaan lama,” terang Emil Dardak selaku Wakil Gubernur Jawa Timur ketika mengisi webinar ‘Mega Inspiring Talk’, pada Minggu (27/9/2020) pagi.

“Lebih baik fokus kepada apa lapangan pekerjaan baru yang tersedia ketimbang lapangan pekerjaan yang hilang,” tambahnya.

Dompet Dhuafa Pendidikan melalui Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) mengadakan seminar daring yang bertajuk ‘Mega Inspiring Talk: Disruptive Leaders’ sebagai puncak rangakaian kegiatan ‘Future Leader Challenge 2020’ yang diselenggarakan pada tanggal 12-27 September 2020 via Zoom. Pun, BAKTI NUSA sekaligus menghadirkannya langsung melalui kanal Youtube Dompet Dhuafa DDTV https://youtu.be/erc-3p6NmOM .

Kepemimpinan disruptive merupakan kepemimpinan yang memberikan disruptif. Tentunya dalam artian positif dengan membawa terobosan pemikiran tidak biasa atau out of the box. Salah satu terobosan tersebut ialah memaksimalkan digitalisasi di tengah pandemi Covid-19 ini.

“Kita harus bisa berpikir ‘out of the box’ atau bahkan berpikir ‘no box at all’. Contoh misalnya apa yang dilakukan Dompet Dhuafa pada waktu Idul Adha lalu. Lewat digitalisasi, Dompet Dhuafa memungkinkan orang untuk menjaga tingkat minat partisipasi masyarakat dalam beribadah dan bersedekah,” lanjutnya.

Untuk mendorong munculnya pemikiran di luar kotak ini, perlu didukung lewat peningkatan kualitas pendidikan. Salah satunya ialah memberikan pendidikan vokasi berkualitas. Dengan demikian mampu menciptakan ekosistem pekerjaan yang lebih baik.

“Harus ada kecocokan antara pendidikan kita dengan kebutuhan di lapangan kerja. Link and match, bagaimana vokasi kita dikatikan dengan dunia industri,” pungkasnya.

Lebih jauh Emil menjelaskan bahwa perubahan itu harus didasari oleh kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Hal ini bisa tercapai apabila, masyarakat memiliki akses akan teknologi dan dibekali kapasitas menggunakannya. Barulah kesejahteraan umum dapat dicapai.

“Saat kita bisa meloncat keterkungkungan masa lalu dan menuju ke masa depan, inilah yang dinamakan disruptif,” tutupnya. (Dompet Dhuafa / Foto: Fajar / Penulis: Fajar / Editor: Dhika Prabowo)