Eva-Evi Tak Dapat Mengikuti Sekolah Online Selama Pandemi

SIARAN PERS, JAKARTA — Eva dan Evi, dua orang siswi sekolah binaan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mendapat kesempatan berbagi cerita pada acara diskusi online Hari Anak Nasional pada Kamis (23/7/2020).

Kepada Kak Seto dan seluruh pemirsa, Eva dan Evi mengisahkan, semenjak diterapkannya belajar dari rumah oleh pemerintah, mereka berdua juga teman-temannya yang lain, tidak dapat mengikuti pembelajaran online tersebut. Jangankan laptop, telepon genggam saja mereka tidak punya.

“Tidak pake hp. Tidak punya hp. Ada teman yang punya hp, tapi tidak ada kuota dan sinyal. Kadang belajar lewat TVRI,” ucap mereka polos, menjawab pertanyaan-pertanyaan Rina Fatimah selaku  pemandu diskusi.

Kemudian diceritakannya lebih rinci terkait proses kegiatan belajar mengajar di sana. Yaitu para guru mendatangi rumah masing-masing siswa guna memberikan materi atau tugas, sekaligus silaturrahmi dengan wali siswa. Tugas-tugas yang diberikan tersebut akan diambil kembali oleh sang guru di akhir pekan setiap minggunya.

“Tugas-tugasnya dikerjakan bersama teman-teman sekitar rumah. Lalu diambil guru setiap minggu,” ucap kedua siswa MI Nurul Wathon Remajun tersebut yang baru saja naik kelas 6 SD.

Disampaikan oleh Ahmad Faqih Syarafuddin, selaku General Manager Resources Mobilization Zakat Dompet Dhuafa, memang benar bahwa banyak anak-anak atau siswa-siswa yang mengalami banyak kendala dalam proses belajar-mengajar pada sistem belajar online ini.

Berdasar riset dan kajian yang dilakukan oleh Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, sebesar 97,6 persen siswa dan guru telah melakukan pendidikan jarak jauh. Dari sudut pandang orang tua, sebesar 82 persen orang tua mendukung pembelajaran jarak jauh.

Namun yang menjadi permasalahan adalah tingkat efektifitasnya. Menurut Faqih berdasar riset tersebut, pembelajaran jarak jauh di pulau Jawa jauh lebih efektif dibanding luar pulau jawa. Bahkan di luar Jawa, seperti cerita Eva dan Evi di atas, pembelajaran jarak jauh dilaksanakan, namun dengan non-digital. Artinya tetap dengan cara konvensional yaitu guru mendatangi rumah siswa.

Disebutkan dalam riset tersebut juga, hanya 67,11 persen guru saja yang mampu mengoperasikan digital.

“Based on riset tersebut, Dompet Dhuafa akan hadir dengan konsen tinggi di sektor pendidikan masa pandemi ini. Dompet Dhuafa akan menggulirkan program menyasar peserta didik dan para guru. Program yang memberikan fasilitas pendukung kepada peserta didik dan guru. Yaitu bisa berupa penyediaan jaringan internet, gawai, atau bahkan laptop,” jelas Faqih.

Selain itu, ia sebutkan bahwa Dompet Dhuafa juga akan menggandeng komunitas-komunitas terkait dalam mengadakan pembelajaran online. (Dompet Dhuafa/Muthohar)