Faisal: Perawat Juga Seniman (Bagian Satu)

SIARAN PERS, JAKARTA — Rilvi, masih enggan sepenuhnya menyodorkan jari telunjuknya kepada Faisal, Perawat itu. Untuk seorang anak yang baru 'menginjak' bangku SMP, jarum suntik masih terasa menakutkan bagi Rilvi. Tapi, bukan Perawat namanya, kalau Faisal tidak bisa beradu rayu dengan pasien seperti Rilvi agar lebih kooperartif.

“Tidak apa-apa kok, Dik. Cuma sebentar dan tidak sakit, tidak lebih sakit dari digigit semut,” ucap Faisal meyakinkan Rilvi yang nampak masih tegang. Tak disangka, memang kalimat ‘seperti digigit semut’ cukup efektif untuk memotivasi pasien seperti Rilvi.

Sejenak kemudian, tanpa sampai Rilvi sadari, Faisal telah mengambil sampel darah dari ujung telunjuknya. Selanjutnya, giliran alat tes Rapid itu yang melakukan tugasnya. Rilvi lega, Faisal pun gembira, satu tugasnya selesai hari itu.

Sudah 3 (tiga) bulan terakhir, sejak Corona (Covid-19) resmi merambah Indonesia, Faisal (26) terus saja disibukkan melakukan kegiatan medis yang berkaitan dengan virus tersebut. Aktif di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa sebagai Perawat, Faisal tak ‘melulu’ merawat pasien. Progam LKC yang beraneka ragam, ikut serta Faisal dukung segenap kemampuannya. Mulai dari sosialisasi hidup bersih dan sehat, membagikan paket hygine kit pada warga, menghantar pasien reaktif Covid-19, hingga jadi petugas tes Rapid dan uji Swab.

Berprofesi sebagai Perawat, sudah menjadi konsekuensi bagi Faisal untuk bersinggungan dengan para pasien. Resiko tertular sudah pasti ada, dan tentu Faisal hadapi. Namun, ia pun juga manusia, yang dikaruniai rasa takut. Tak bisa ia menghindari tugas, yang Faisal bisa lakukan hanya beriktiar dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada. Selebihnya, ia pasrahkan kepada yang kuasa.

“Awal-awal kejadian memang lumayan kepikiran, sempat khawatir kalau sampai tertular 'tuh bagaimana, pasrah aja. Tapi setelah jalanin tugas satu-dua bulan, makin baik saya manajemen koping”, aku pria kelahiran Bekasi itu.

Bukan hanya pada Covid-19, Faisal sudah berlalu-lalang menjadi perawat yang ‘keluar garis’. Hampir setiap tahun, ia selalu ditugaskan ke lokasi bencana, yang hampir semua orang enggan datang. Pengalaman hampir kehilangan nyawa pun pernah ia alami.

Bagi Faisal, menjadi Perawat sama seperti halnya seorang Seniman dengan karyanya. Ketika melihat senyuman keluarga yang menjemput saudaranya yang sembuh, sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi Faisal. Ketika ia menjahit luka, dan luka itu sembuh, Faisal lebih lebar tersenyum dibanding si pasien. Baginya, sebagai tenaga medis, adalah sebuah seni menyelamatkan nyawa.

“Perawat itu seninya ada, saat kita RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru) orang lagi sekarat (mati sementara) kemudian hidup (sadar) kan senang sekali 'tuh. Atau ketika ada luka-luka yang bisa kita bersihkan, bisa kita jahit, atau yang sakit kita rawat kemudian sembuh, senang sekali rasanya”, aku Faisal semakin dalam membagikan ceritanya. (Dompet Dhuafa/ Zul)