Gadaikan Gerobak Untuk Berobat Istri, Agam Lakukan Segalanya Untuk Keluarga (Bagian Satu)

SIARAN PERS, SERANG — Agam Rahmat Lazuardi (27), memenuhi kewajibannya untuk menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Bahkan itu ia lakukan, hingga akhirnya harus kehilangan istrinya yang meninggal karena TBC.

Cerita dimulai sekitar enam bulan yang lalu. Agam yang berprofesi sebagai penjual roti bakar sedang menunggu kelahiran anak pertamanya. Dengan usaha tak kenal lelah, Tumi, istri Agam akhirnya berhasil melahirkan anak pertama mereka.

Anak mereka lahir dengan sehat, seperti halnya bayi pada umumnya, Agam bahagia, begitu pun istrinya, Tami. Semua baik-baik saja, sebelum tak jauh dari kelahiran anak mereka, Tami terdiagnosa mengidap TBC.

“Istrinya pak Agam bernama Ibu Tumi, mengalami sakit TBC setelah melahirkan anak Pertama. Beliau sudah mengalami sakit sekitar 6 bulan. Pernah di rawat RS MISI 2 Kali dan RS AJI DHARMO satu kali. Namun tidak ada perubahan, dan selanjutnya berobat jalan,” terang Syahrial Iqbal, PIC Progam Keluarga Tangguh Dompet Dhuafa Cabang Banten.

Tami terpukul, ia tak bisa memenuhi hak bayi yang baru ia lahirkan. Kini Agam harus bekerja lebih keras, karena selain memenuhi kebutuhan bayinya, ia juga harus mencari nafkah ekstra untuk biaya berobat sang istri. Enam bulan berlalu, kondisi Tami semakin memburuk. Naasnya, BPJS KIS milik istrinya, dalam kondisi non-aktif.

Alhasil, Agam harus bekerja lebih keras lagi. Sampai pada akhirnya, ia terpaksa menggadai alat usaha satu-satunya. Gerobak roti bakar yang biasa ia gunakan, ia tukar dengan uang untuk memenuhi biaya berobat dan membeli susu untuk si anak.

“Pak Agam sekarang tidak bekerja lagi di karenakan fokus menjaga Istrinya. Sebelumnya pekerjaannya adalah berdagang Roti Bakar. Beliau terpaksa menggadai gerobaknya untuk biaya berobat istrinya di karenakan BPJS KIS nya sempat di non aktifkan oleh pemerintah,” tambah Syahrial.

Semua telah Agam kerahkan, demi keluarganya bisa bersatu kembali dengan keadaan yang normal. Istri yang sehat dan menemani tumbuh kembang si bayi yang masih berusia bulan. Pekerjaan yang ia lakukan tiap hari, terpaksa berhenti untuk menjaga istri yang dalam kondisi sakit berat. Gerobaknya terpaksa digadai, demi memenuhi kebutuhan berobat dan menyambung hidup. (Dompet Dhuafa / Foto: DD Banten / Penulis: Zul, DD Banten / Editor: Dhika Prabowo)