Gunung Ile Lewotolok Erupsi, Ini Aksi Respon Dompet Dhuafa di NTT

SIARAN PERS, LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR — Gunung Ile Lewotolok (ile Ape) di Kabupaten Lembata, NTT, mengalami erupsi pada Jum’at (27/11/2020) pukul 05:57 WITA. Gunung api dengan ketinggian 1.018 mdpl itu mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu 500 m di atas puncak. Abu itu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Kemudian erupsi kedua terjadi pada Minggu (29/11/2020) pukul 09:45 WITA, dengan tinggi kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan tinggi 4.000 m di atas puncak (± 5.423 m di atas permukaan laut) dengan intensitas tebal condong ke arah barat di kolom bagian bawah dan ke arah timur di kolom bagian atas.

(Dok: Magma Indonesia)

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 20-35 mm dengan durasi erupsi 8-10 menit dan diikuti tremor menerus disertai dentuman juga gemuruh. Hingga pada hari itu, tingkat status aktivitas G. Ile Lewotolok dinaikkan dari Level ll (Waspada) menjadi Level lll (Siaga) melalui press release Magma Indonesia https://magma.vsi.esdm.go.id/press/view.php?id=204 .

Data pemantauan tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas G. Ile Lewotolok masih tinggi dan berpotensi untuk mengalami erupsi susulan. Berdasar hal tersebut pula, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan Status Tanggap Darurat pada 30 November – 31 Desember 2020.

Hingga berita ini bergulir (Selasa, 1/12/2020), Dompet Dhuafa melalui tim Disaster Management Centre (DMC) bersama Dompet Dhuafa Cabang NTT, menerjunkan tim Respon Siaga Erupsi G. ile Lewotolok dan memberikan sejumlah pelayanan kepada pengungsi terdampak erupsi. Selain itu, tim Respon turut melakukan assesment dengan berkoordinasi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Lembata, NTT.

“Ya, kami juga kami mendirikan Pos Medis di Lapangan Kantor Bupati Lama, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, NTT. Dengan tim Medis (dokter, perawatm juga bidan) yang menggulirkan pemeriksaan kesehatan gratis dan fokus kepada para lansia, ibu dan balita. Tentunya kami pun memberikan masker kepada penyintas,” jelas Sriyati, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa NTT.

“Sementara Pos Hangat juga kami sediakan untuk kebutuhan konsumsi para pengungsi,” tambahnya.

Dalam Laporan Situasi Respon (SitRep) DMC Siaga Erupsi G. Ile Lewotolok #2 tanggal 30 November 2020 disebutkan, kebutuhan darurat bagi para pengungsi disana yakni makanan, matras, masker, air bersih, hingga faceshield sebagai upaya pencegahan Covid-19, juga pendampingan Psikososial (Layanan Lansia, Ibu Menyusui, Balita dan Anak). Sampai sejauh ini tim terus melakukan pendataan bagi para pengungsi dan assement ke sejumlah titik pengungsian lainnya.

“Sekarang ini kami para aktivis kemanusiaan Dompet Dhuafa terus berupaya memberikan pelayanan kepada pengungsi dengan mendistribusikan minuman dan biskuit, pemeriksaan dan pelayanan obat secara gratis. Serta berkoordinasi untuk pembukaan pos medis di pos pengungsian lainnya,” seru Mutia, tim relawan Dompet Dhuafa NTT yang sampai saat ini masih dilokasi bencana.

Berdasarkan informasi BPBD Kabupaten Lembata, sebanyak 3.671 jiwa yang berasal dari 17 Desa di Kecamatan Ile Ape dan 9 Desa di Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, mengungsi di enam titik pengungsian. Masyarakat diimbau agar tidak beraktivitas dalam zona perkiraan bahaya di dalam area kawah Gunung Ile Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 4 km dari puncak.

Pada Selasa (1/12/2020), G. Ile Ape kembali mengalami erupsi pukul 05.13 WITA, dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.223 meter di atas permukaan laut, kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dg intensitas tebal condong ke arah timur.

“Selanjutnya kami akan mengupayakan koordinasi untuk mendirikan Pos Medis di tiga titik pengungsian lain, Pos Hangat di dua titik lain, menyediakan sarana cuci tangan hingga pemasangan tandon air,” pungkas Sriyati.

Badan Geologi PVMBG juga menghimbau, potensi bahaya G. Ile Lewotolok saat ini dapat berupa lontaran batu/lava pijar ke segala arah, hujan abu lebat yang penyebarannya bergantung arah dan kecepatan angin, awan panas utamanya ke arah bukaan kawah (tenggara), longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara, maupun aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu di G. Ili Lewotolok terutama pada musim hujan. (Dompet Dhuafa / NTT / DMC / Dhika Prabowo)