Zakat di Akhir Ramadhan, Ikhtiar Birhamsyah Dapatkan Lailatul Qadar (Bagian Dua)

SIARAN PERS, DEPOK — Dua cangkir teh manis telah habis, namun percakapan Tim Petugas Jemput Zakat dan Birhamsyah masih berlanjut. Tak lama setelah berdoa bersama, Birhamsyah melanjutkan cerita spiritualnya, kebiasaan berzakat di 10 hari terakhir Ramadhan.

Beberapa kali ia mneyalurkan zakatnya langsung ke jalan. Namun lama ia menyadari, bahwa tak sepenuhnya ia menyalurkan kepada orang yang tepat. Sering kali ia menemui pemulung atau gelandangan di masa Ramadhan, dan tak menemuinya lagi dikala Ramadhan usai. Begitu pula dengan Ramadhan selanjutnya, jalanan ramai lagi dengan pemulung dan gelandangan, dan sepi kembali ketika usai. Birhamsyah pun merasa ragu, dan keraguannya membawanya ke lembaga zakat yang menurutnya ia percaya.

“Saya beberapa kali pengalaman menyalurkan zakat secara pribadi dan lembaga, namun saya ragu, apakah ini tepat sasaran. Bikin kita ragu, dan bikin kita jadi tidak ikhlas. Maka itu, pilihan lembaga penyalur sangat penting, biar ibadah saya ikhlas tanpa ada keraguan”, begitu ia lanjutkan.

Sudah sejak 2011, Birhamsyah tak henti menyalurkan zakatnya ke Dompet Dhuafa. Tidak pernah sekalipun ia absen dalam salah satu ibadah muamalahnya tersebut. Baginya, Dompet Dhuafa berhasil menghilangkan keraguannya. Mengingat berbagai progam Dompet Dhuafa yang inovatif dan transparan.

“Saya suka karena Dompet Dhuafa itu amanah, dan Progamnya sangat menarik, jadi menurut saya tepat sasaran,” aku Birhamsyah. 

Menyoal mengenai pandemi Corona (Covid-19) yang sedang terjadi, sosok ayah dua anak tersebut memiliki sudut pandang yang unik. Saat hampir semua orang tidak begitu tertarik untuk mengeluarkan uang lebih hanya untuk bersedekah, beda dengan Birmansyah. Baginya, stuasi wabah seperti ini, menjadi kesempatan besar bagi siapapun untuk lebih banyak berbagi. Hal tersebut karena dalam stuasi pandemic seperti sekarang, lebih banyak orang yang membutuhkan. Disitulah siapapun yang memiliki lebih berkesempatan untuk membantu yang membutuhkan.

“Malah logikanya kebalik, malah saat seperti inilah waktu kita untuk berbagi. Logikanya kan lebih banyak orang kesusahan kan, kita yang seharusnya ngerangkul,” terangnya.

Giat beramal, bukan karakter yang tiba-tiba datang. Semangat berbaginya, Birmansyah dapatkan dari pencariaan jatidirinya yang telah lama. Apapun yang ia lakukan, berawal dari pemahaman ilmu yang cukup dalam. Bisa dibilang, Birmasnyah adalah sosok muslim yang ingin tahu lebih mengenai agamanya. Banyak hal yang terdengar mustahil di dalam agama yang ingin ia buktikan sendiri, salah satunya ialah berzakat.

“Ilmu saya dapat karena dulu saya di kajian. Saya dapet ilmunya, dan saya langsung prektekan. Karena misal orang ngasih ilmu, bersedekah itu tidak bikin miskin, padahal itu terdengar mustahil ya. Makanya saya buktikan sendiri,” tukas Birhamsyah.

Selama bertahun-tahun Birhamsyah memprkatekan ilmunya, setiap tahun ia mengeluarkan zakat dan terus bersedekah. Birhamsyah tidak merasa kekurangan sama sekali. Malahan, setiap tahunnya, semakin besar nominal zakat yang ia keluarkan selalu bertambah. Hal tersebut berarti pendapatannya sendiri juga bertambah.

“Yang jelas itu kewajiban kita, dan itu adalah agama. Kedua saya sendiri merasakan hadiahnya, dan saya rasakan benar.  Bagaimanana saya rasakan harta saya gak berkurang. Bahkan tadi saya punya keinginan, tiap tahun harus bertambah nilainya,” begitu ia memberikan pengakuan.

Ramadhan tinggal menunggu hari, namun tidak ada salahnya kita mengingatkan diri dan orang terdekat, untuk menunaikan kewajiban berzakat. Hari Raya menjadi hari bahagia bagi siapapun, jangan biarkan mereka bersedih di hari besar itu. Karena zakat anda, adalah bahagia kita semua. (Dompet Dhuafa/Zul)