Amukan Banjir Bandang Sungai Ciberang, Jembatan Hilang Hingga Rumah Rusak (Cerita Ibu Janah – Bagian Satu)

LEBAK, BANTEN — Berhasil seberangi Sungai Ciberang yang memiliki lebar 40-50 meter dari Desa Calung Bungur, Tim Water Rescue DMC (Disaster Management Centre) Dompet Dhuafa dalam misi mendistribusikan bantuan logistik gabungan saat itu disambut dengan pemandangan kerusakan di sisi sungai Desa Bungur Mekar, Sajira, Lebak, Banten (Senin, 6/1/2020). Padahal, jarak ketinggian dari permukaan sungai ke lahan pemukiman sekitar 7 (tujuh) meter. Dan luapan ketinggian air juga mencapai 3 (tiga) meter dari lahan pemukiman.

Sisa air dengan lumpur berwarna cokelat itu masih menyisa pada bangunan maupun pohon-pohon disana. Kontras warna hijau dedaunan dengan sisa air itu pun turut menandakan ketinggian amukan banjir bandang tersebut. Batang pohon kelapa tidur di depan pintu rumah, pondasi bangunan yang telah miring, tembok jebol, juga acakan puing yang menghiasi.

Terlihat seorang Ibu bersama putranya, sedang berdiri di depan rumah itu. Sang anak, Fikri (6), masih menikmati bermain di halaman rumahnya, ditemani Janah (41) yang juga memandang sisa memori di dalamnya.

"Arusnya deras, mas! Saat air mulai tinggi di sungai, kami, warga semua, langsung bergegas ingin rapih-rapih barang. Tapi tidak sempat, hanya beberapa langsung lari selamatkan diri", cerita Janah.

Amukan banjir bandang dari Sungai Ciberang seketika menyapu yang dilaluinya. Melahap jembatan gantung kayu penghubung antar desa tersebut. Material dan tanah lumpur yang dibawanya, menerjang bangunan di sekitarnya. Menjangkau pemukiman warga hingga berjarak 30-50 meter.

"Sawah kami juga hilang di seberang tertimbun tanah. Jembatan gantung disitu sudah terbawa arus. Rumah si nenek di samping rumah kami lenyap juga. Alhamdulillah masih selamat diri ini. Tapi sementara ini kami tinggal di tempatnya pak RT", aku Janah. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)