BOGOR, JAWA BARAT — Sambut ratusan mahasiswa Kampus STIM Budi Bakti, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Nasyith Majidi, dalam orasi ilmiahnya pada Minggu (19/9/2021), menyatakan Kampus Budi Bakti harus menjadi center of excelence (pusat ilmu pengetahuan). Sehingga para mahasiswa dapat menimba ilmu pengetahuan dan mengaplikasikannya di kemudian hari.
“Kampus menjadi pusat ilmu pengetahuan. Tempat mempelajari ilmu amaliah dan ilmu ilmiah, kemudian mengimplementasikannya. Harapanya, lulusan kampus Budi Bakti menjadi sarjana paripurna. Sarjana dengan karakter profetik kenabian yaitu amanah, sidiq, tabligh dan fatonah,” jelas Nasyith Majidi yang juga alumnus Universitas Gadjah Mada, di tengah penyambutan mahasiswa Baru Kampus Budi Bakti tahun akademik 2021/2022, di Aula Masjid Al Madinah Dompet Dhuafa, Kemang, Bogor, Jawa Barat.
Kemudian Nasyith Majidi menambahkan, “Mahasiswa Kampus Budi Bakti harus memiliki karakter profetik, niat tulus dengan semangat tinggi dan memperhatikan prinsip-prinsip (adab) dalam menuntut ilmu. Sehingga, ketika lulus, mahasiswa tidak membuat kerusakan besar, tapi menjadi manusia-manusia cerdas”.
Dalam kemeriahan dan kebahagiaan para mahasiswa baru, Nasyith kemudian menjelaskan mengenai karakter profetik tersebut, yang di antaranya:
Pertama, sidiq. Karakter sidiq (jujur), telah menjadi barang langka saat ini. Kini makin banyak orang yang cerdas namun tidak jujur, akibatnya resiko kerusakan menjadi lebih besar.
Kedua, sifat tabligh. Lulusan Kampus Budi Bakti harus mengamalkan, menyampaikan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan karakter profetik kepada orang lain. Jika tidak menyebarkanya maka ibarat pohon tanpa buah, kering. Semakin banyak ilmu dibagikan kepada orang lain, maka ilmu terus berkembang.
Ketiga, amanah. Kelak lulusan kampus Budi Bakti menjadi orang orang yang memiliki kemampuan untuk menjaga amanah ketika mendapat kepercayaan.
Keempat, fatonah. Harapannya proses belajar mengajar di Kampus Budi Bakti mencetak mahasiswa yang menjadi manusia-manusia cerdas hati dan pikirannya.
“Ijazah bukanlah orientasi kuliah di Kampus Budi Bakti. Pendidikan bukan hanya tentang kepemilikian gelar tertentu, namun berbasis pengetahuan, kemampuan dan, karakter. Kini perusahaan-perusahaan besar tidak lagi hanya sekadar melihat gelar namun menguji kapasitas yang dimiliki squad-nya. Maka lulusan paripurna profetik harus menjadi orientasi ketika mencari ilmu pengetahuan bukan menjadikan selembar ijazah sarjana sebagai tujuan, pesan Nasyith kepada ratusan mahasiswa baru Kampus Budi Bakti”.
Mahasiswa harus berani bermimpi mengejar cita-cita. Mimpilah yang menjadi pendorong semangat untuk belajar, menuntut ilmu, berusaha dan berjuang keras, konsisten hingga lulus.
“Di luar sana, persaingan semakin kompetitif. Maka mahasiswa Kampus Budi Bakti harus memiliki kemampuan luar biasa. Kemampuan dan pengetahuan tidak selalu berasal dari buku, dari bangku-bangku kuliah saja. Namun bisa berasal dari kegiatan organisasi, grup-grup diskusi dan, turun ke masyarakat bertemu dengan masalah-masalah secara nyata. Teruslah belajar, jangan sekali-kali kalian merasa paling pintar. Ketika hal itu terjadi, maka akan tertutup semua pintu belajar dan berkah keilmuan. Mahasiswa Budi Bakti harus selalu merasa “lapar”. Sepanjang merasa lapar maka kita tidak pernah berada di zona nyaman,” tambah Nasyith.
Beliau juga mengingatkan bahwa menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Wajib maknanya sesuatu yang harus dikerjakan bagi yang mampu. Kewajiban ini diberikan ganjaran oleh Allah SWT dengan menjanjikan bagi orang-orang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya.
Harapannya ada di antara mereka yang menjadi orang-orang hebat. Walaupun Kampus Budi Bakti belum sehebat kampus-kampus mentereng di Indonesia dan dunia. Namun beliau meyakinkan para mahasiswa baru Kampus Budi Bakti, untuk percaya bahwa dosen dan manajemen Kampus memiliki hati, semangat dan ketulusan untuk memberikan yang terbaik bagi mahasiswa Kampus Budi Bakti.
Sebagai informasi, Dompet Dhuafa merupakan yayasan yang mengangkat harkat martabat dan derajat kaum dhuafa. Berdasarkan dari pesan dalam surat Al Ma'un untuk membantu kaum marjinal. Selain itu tugas sebagai bagian dari negara dalam upaya mewujudkan Pasal 34 UUD 1945. Seharusnya fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara namun kita tahu bahwa beban ini sangat berat. Negara belum sanggup mengangkatnya sendiri maka Dompet Dhuafa hadir membantu.
Dompet Dhuafa bergerak berdasarkan 3 langkah KeIslaman, Kemoderenan dan KeIndonesiaan. Mimpi Dompet Dhuafa menjadikan negara Indonesia menjadi negara baldatun toyibun wa robbun ghofur. (Dompet Dhuafa)