Kiat Menjadi Pembicara Handal ala Tina Talisa

SIARAN PERS, HONG KONG — Setiap orang bisa berbicara, namun tidak semua orang bisa berpidato. Dan, kebanyakan orang sukses memiliki kesamaan, yaitu mereka bisa berpidato.

Hal itu disampaikan mantan presenter televisi swasta nasional, Tina Talisa, saat menjadi pembicara di acara workshop online bertajuk ‘Terampil Berbicara di Depan Umum’ yang digelar oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong, pada Ahad (11/10/2020).

“Bisa berpidato hebat tidak membutuhkan bakat. Itu adalah hasil dari pembelajaran,” ujar Tina Talisa.

GM Dompet Dhuafa Cabang Hong Kong, M. Imam Baihaqi, turut mengikuti workshop online tersebut. Para pembicara profesional, tegas Tina, tidak mencoba berbicara seperti orang lain. Mereka juga tidak memberikan pidato tanpa persiapan.

 

8 Langkah Hebat Berpidato

Pada kesempatan itu Tina menyampaikan 8 (delapan) langkah untuk bisa berpidato dengan hebat. Yaitu, kendalikan demam panggung Anda, pilih subjek Anda, kumpulkan ide dan informasi Anda, dan atur materi pidato Anda. Empat langkah lainnya, rencanakan awal pidato Anda, rencanakan akhir pidato Anda, latih pidato Anda, dan presentasikan pidato Anda.

Seseorang bisa menjadi terlihat handal saat berpidato, dengan cara menyadari bahwa dirinya tidaklah sendiri, memperbanyak pengalaman untuk mengikis demam panggung, dan meyakini bahwa penonton ada untuk mendengarkan dirinya.

Cara lain, berkonsentrasi pada apa yang ingin dikatakan dan bukan pada bagaimana mengatakannya, biarkan kegugupan keluar, serta lakukan persiapan.

Tina juga menyarankan agar seorang pembicara menganalisis audiens yang akan dihadapi, acara yang dihadiri, dan menganalisis diri sebagai pembicara. Untuk memperkaya materi pidato, Tina juga menyarankan untuk mengumpulkan banyak ide dan informasi, dengan memperbanyak contoh, kutipan, statistik, cerita, perbandingan, kontras, dan alat bantu audio visual.

Seorang pembicara juga harus mampu mengatur materi pidatonya dengan membaginya dalam tiga bagian. Yaitu pendahuluan yang terdiri dari ice breaker dan preview, membuka ruang diskusi, serta memberikan kesimpulan.

 

Buat Perencanaan dan Berlatih

Seorang pembicara juga dituntut untuk membuat perencanaan atas materi awal pidatonya. Yaitu, dengan cara menyatakan fakta yang mengejutkan, mengajukan pertanyaan, menceritakan lelucon, menyajikan kutipan, menunjuk peristiwa bersejarah, dan memuji penonton.

Perencanaan juga harus dibuat untuk materi akhir pidato. Caranya, dengan menyatakan bahwa dirinya akan menyimpulkan, meringkas ide utama pidato, mengulangi poin utama, dan menggabungkan ringkasan dengan pengulangan.

Selain itu, seorang pembicara juga harus melatih pidatonya. “Ulangi pidato Anda tiga sampai enam kali,” ujar Tina.

Seorang pembicara juga harus berlatih untuk mengingat ide dan bukan kata, berlatih dari kartu catatan yang sebenarnya dan bukan naskah, serta mendorong dirinya sendiri melalui keseluruhan pidato untuk setiap latihan. Namun, tidak disarankan untuk berlatih secara berlebihan, dan dituntut bisa mengatur waktu pidato.

Saat waktunya berpidato tiba, ada beberapa prinsip yang harus dijadikan pegangan. Yaitu, jadilah diri sendiri, beranjaklah untuk berbicara dengan percaya diri, bersiaplah sebelum mulai berbicara, dan bangun kontak dengan audiens. Prinsip lainnya, mulailah tanpa mengacu pada catatan, bicaralah dengan audiens, hindari dengusan, pertahankan postur yang tepat, tampak menikmati pidato, gunakan alat bantu secara efektif, serta bicaralah dengan cukup keras.

KonJen: Apapun Profesinya, Penting Kuasai Komunikasi

Sebanyak 55 warga Indonesia di Hong Kong dan Macau mengikuti workshop online bertajuk ‘Terampil Berbicara di Depan Umum’ yang diselenggarakan KJRI Hong Kong ini. Acara dipandu oleh Konsul muda Pensosbud, Ayu Saptaningtyas.

Saat memberikan sambutan di acara tersebut, Konsul Jenderal Ricky Suhendar menyampaikan bahwa organisasi kemasyarakatan, organisasi pelajar, dan organisasi migran di Hong Kong dan Macau merupakan mitra kerja KJRI. Dengan begitu, kantor perwakilan Pemerintah RI ini memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk membuat berbagai program pengembangan kapasitas bagi mereka.

“Salah satunya adalah workshop terampil berbicara bersama Tina Talisa yang merupakan pakar di bidangnya,” ujar KonJen Ricky.

Ia pun menegaskan pentingnya warga Indonesia menguasai kemampuan komunikasi untuk menunjang profesi mereka. “Komunikasi sangat penting kita kuasai untuk kepentingan profesi kita, apapun profesinya. Mari kita gunakan kemampuan komunikasi untuk kebaikan, bukan untuk menyebarkan hoax,” ujarnya.

Konsul Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) KJRI Hong Kong, Theodora Elfani Prassanti, berharap acara serupa bisa diadakan lagi dengan tema-tema lain yang dibutuhkan warga Indonesia di Hong Kong dan Macau. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: DD HK / Editor: Dhika Prabowo)