Kisah Simin, Manusia Gubuk Yang Menanti Rumah Impiannya (Bagian Satu)

SIARAN PERS, PALU — Butuh waktu setidaknya satu jam untuk menempuh rumah Simin (53), dari Kota Palu. Beralamat di Desa Sibalaya Barat, Sigi, Sulawesi Tengah, kiri dan kanan jalan, penuh dengan hamparan pertanian seperti padi dan coklat. Simin sendiri hanyalah seorang buruh tani, buruh ternak, pemancing yang handal, dan bisa lakukan apapun bila tetangga mengalami kesulitan. Singkatnya, simin hanyalah pekerja serabutan yang sederhana. 

“Tabe..,” serunya, dalam Bahasa daerah Kaili yang berarti ‘silahkan’.

Dengan senyum ramah, Simin mempersilahkan tamu di gubuk ‘super’ sederhananya. Dengan ukuran tidak lebih dari 1,5×2 meter tersebut, ia tinggal bersama anak sulungnya, Tatia yang masih duduk di bangku kelas 6 SD. Sejak bercerai beberapa tahun silam, dua anaknya tinggal Bersama ibunya, sedangkan Tatia, menemani Simin di gubuk. Selama hidupnya, sebuah rumah yang layak adalah impian terbesar bagi Simin.

“Aku sangat mengimpikan memiliki rumah sendiri, selama ini aku dan Tatia tinggal di gubuk,” terangnya.

Dalam gubuk sederhana tersebut, Nampak hanya sebuah alat masak, baju yang bergelantungan, dan beberapa bantal tanpa Kasur. Dengan Bahasa Indonesia yang terbata-bata, Simin menjelaskan kondisinya tingga di gubuk. Bila malam, dingin sudah pasti. Terkadang ayah dan anak tersebut harus tidur berdempetan, sembari berbagi selimut. Belum lagi bila hujan datang, cipratan air sudah pasti masuk ke dalam gubuk. Yang paling membuat Simin sedih, ialah penerangan yang minim. Anaknya, Tatia tidak bisa belajar dengan tenang. Padahal ia anak yang jarang mengeluh dan sangat suka sekolah.

“Aku kalau masih di gubuk, hidup kurang layak, kalau hujan aku dan Tatia tidur dempet-dempet. Karena air hujan masuk gubuk,” tambahnya.

Beruntung, akhir 2018 lalu, ia mendapatkan rekomendasi untuk bantuan bedah rumah dari pemerintah setempat. Pondasi pun dibangun, tembok rumah sudah Nampak terlihat. Senyum Bahagia Simin dan anaknya pun merekah, menanti rumah baru impian mereka selama ini, tak lama akan terwujud.

Namun, nahas, belum sampai setengah jadi, sebuah gempa besar mengobrak abrik wilayah Palu dan sekitarnya. Tak luput juga dengan Simin yang menjadi korban. Rumahnya yang baru setengah jadi dibangun pun, rata dengan tanah, roboh bersama impiannya memiliki rumah yang layak. (Dompet Dhuafa/Zul)