Ditinggal Istri, Liswarto Tetap Tangguh menjadi Ayah Hebat dan Peternak Ulet

SIARAN PERS, PESISIR SELATAN — Liswarto (50), salah seorang petani sekaligus peternak dari Kelompok Tani Marapuyan Saiyo asal Nagari Ampuan Lumpo, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Berbagi kisahnya selepas menjadi penerima manfaat dari program ekonomi Kampoeng Ternak (KATER) Dompet Dhuafa.

Terlahir dari keluarga petani dan peternak. Membuat Liswarto mengenal dekat dunia pertanian dan peternakan. Bahkan hingga ke seluk-beluk paling dalam.

“Kalau saya semenjak kecil sama orang tua sudah beternak dan sampai sekarang masih beternak,” ujarnya melalui pesan singkat (22/1/2020).

Di tempat tinggalnya, bertani dan berternak memang masih menjadi pekerjaan utama yang digeluti mayoritas warga. Pak Liswarto sendiri memilih untuk bertani karet dan kopi menjadi tambahan penghasilan selain ternak. Walaupun sekarang ini cuaca terkadang tidak mendukung. Membuat sulit untuk mengurusi kebun dan mencari pakan. Kadang juga di tengah cuaca seperti ini membuat kondisi tubuh kurang fit. Sehingga mempengaruhi peforma kerja.

“Kalau pagi jelang pergi ke kebun diurus dulu ternaknya. Baru pergi ke kebun. Pulang dari kebun ya dibawa pakan atau rumput dari kebun untuk pakan ternak. Hujan sekalipun tetap ke kebun. Itu juga kalau tubuh masih kuat. Selain itu saya menjadi pekerja buruh lepas dan sejak bergabung dengan KATER, alhamdulillah ada penambahan penghasilan untuk biaya sekolah anak. KATER sendiri juga sudah menjadi wadah bersilaturrahmi bagi saya dengan teman-teman anggota KATER lainnya,” jelasnya.

Namun di 2018, setelah bergabung dalam program KATER, cobaan menghampiri Liswarto. Allah SWT mempunyai rencana lain terhadap mendiang almarhumah istrinya hingga harus meninggalkan dirinya beserta empat anaknya: dua anak lelaki dan dua anak perempuan. Almarhumah menderita paru-paru bocor selama empat tahun. Sampai harus keluar masuk rumah sakit. Walaupun demikian, Pak Liswarto dengan tabah dan sabar tetap menjadi ayah yang selalu peduli terhadap keluarganya. Pasalnya, almarhumah selalu membantu pekerjaan Liswarto mengurusi kebun dan ternak.

“Sekarang jadi sendirian mengurusinya,” tambahnya.

Namun berkat ketekunan Liswarto dalam pekerjaannya dan bagaimana ia membagi waktunya untuk menjadi ayah yang tangguh nan penuh kasih sayang. Anak ketiganya Wila Oktavia, berhasil menyelesaikan studinya di salah satu kampus di Bukittinggi, dengan predikat cumlaude di bidang Kebidanan pada akhir Oktober lalu. Anak lelaki tertuanya sudah bekerja. Sedangkan anak perempuan lainnya sedang berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Lalu anak terkecilnya masih duduk di bangku kelas 6 SD.

“Meskipun kita lelah, harus tetap bekerja dan menyayangi anak-anak. Bagaimanapun juga mereka adalah darah daging kita,” tutup Liswarto. (Dompet Dhuafa/Fajar)