Mak Nyah, Sang Penjahit Masker Kain Jabar Bagja

SIARAN PERS, CIREBON, JAWA BARAT — "Selama itu demi keluarga dan itu halal, apapun akan saya lakukan," aku ibu Marinah (47) pada Tim Dompet Dhuafa ketika berkesempatan menemuinya pada Selasa (27/8/2020).

Kerap disapa Mak Nyah, ia merupakan warga asal Kayuwalang, Kel. Karyamulya, Kec. Kesambi, Kota Cirebon. Sehari-hari beliau bekerja sebagai penjual Lotek, sebuah makanan mirip Gado-gado yang mudah ditemukan di Jawa Barat.

Di tahun 2018, salah seorang kerabat keluarga memiliki mesin jahit usang yang hendak dijual. Namun sebagian mesin masih bisa dioperasikan. Cukup membutuhkan sedikit modifikasi. Alhasil, Mak Nyah memutuskan membeli mesin jahit tersebut dengan merogoh uang kocek Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). 

"Kalau dihitung-hitung usia mesin jahit ini sudah memasuki usia 15 tahun, cukup tua sebenarnya untuk bekerja. Kemudian mesin jahit tersebut dimodifikasi dengan bantuan mesin dinamo. Sehingga saya tidak perlu menggerakan roda dan mengayuh agar mesin jahit ini berfungsi," jelasnya.

Masih di tahun yang sama, Dompet Dhuafa Cabang Jawa Barat melalui kantor unit programnya di Cirebon, menggelar program pelatihan menjahit yang disebut 'Jabar Bagja: Jawa Barat Berdaya dengan Menjahit'. Bagja sendiri dalam bahasa Sunda memiliki arti 'bahagia'. Harapannya selepas kegiatan ini para peserta mampu mengaplikasikan ilmu dan pelatihan yang diterima untuk menambah penghasilannya sehari-hari dan mendatangkan kebahagiaan.

"Tahun 2018 dan 2019 saya mengikuti pelatihan ini. Dan materi yang disampaikan masih berupa dasar-dasar seperti melakukan vermak pakaian atau membuat masker dan lain sebagainya," ungkap Mak Nyah.

Hingga kini ia masih menerima permintaan dalam jasa menjahit. Sekaligus tetap menjual Lotek dan Bawang Siwang. Sejak pagi hingga sore, Mak Nyah menjual lotek. Kemudian memproduksi siwang. Malamnya Ibu Marinah akan mengerjakan permintaannya menjahit. Namun semua itu tetap Mak Nyah lakukan demi membantu kehidupan keluarganya.

"Memang lelah. Tapi selama itu bisa membantu penghidupan keluarga. Pasti akan saya lakukan," pungkasnya kembali menegaskan.

"Hitung-hitung membantu penghasilan keluarga. Suami saya sendiri bekerja sebagai buruh kuli bangunan. Dan saya di rumah bersama dengan orang tua saya yang sudah lanjut usia," lanjutnya.

Di tahun 2020, Dompet Dhuafa Cabang Jawa Barat kembali mengadakan program Jabar Bagja dengan tingkat pelatihan yang lebih tinggi. Sebanyak 20 peserta mengikuti pelatihan ini dan Ibu Marinah kembali menempuh pelatihan di sini.

Dalam pelatihan ini diadakan kelas dasar dan kelas terampil. Kelas terampil merupakan tingkat selanjutnya dengan materi seperti pembuatan baju, celana, kebaya dan lain sebagainya. Selepas kegiatan ini Dompet Dhuafa Jawa Barat melaju kantor unit program Cirebon, akan memfasilitasi para peserta dengan ruang dan mesin jahit di kantor unit Cirebon. Sehingga memudahkan dan menciptakan pasar bagi para penjahit.

Sejujurnya Ibu Marinah sudah beberapa kali menerima permintaan pembuatan kebaya. Tetapi ia tidak menyanggupi. Lantaran modal yang dikeluarkan juga lebih besar dan keterampilan Ibu Marinah belum mencukupi. 

"Jika ada rezeki, saya berharap mampu mengembangkan bisnis menjahit ini lebih berkembang. Memiliki mesin jahit yang lebih baik dan ruang kerja yang lebih luas," tutup Ibu Marinah sembari kembali menjahit masker kain yang hendak dijualnya. (Dompet Dhuafa/Fajar)