Kisah Misbahul Arifin, Penerima Manfaat Bakti Nusa yang Memperjuangkan Hak-hak Disabilitas (Bagian I)

JAKARTA – Lelaki kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 7 September 1997, bernama Misbahul Arifin (22). Seorang tuna netra berbagi kisahnya selepas lulus dari kuliahnya di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dari jurusan Pendidikan Luar Biasa. Beliau merupakan salah satu penerima manfaat dari beasiswa Bakti Nusantara 2019 angkatan sembilan. Awalnya Misbah, sapaan akrab Misbahul Arifin, sempat pesimis untuk mengikuti beasiswa Bakti Nusantara. Namun berkat dukungan kawan-kawannya, ia memutuskan untuk mencoba daftar.

“Awalnya saya pikir Bakti Nusa itu tempatnya orang hebat. Jadi orang itu sudah hebat dulu, lalu dididik di situ, mendapat suntikan karakter. Namun saya tetap daftar. Lebih gagal sudah berusaha ketimbang gagal tapi tidak berusaha,” ujar Misbah, melalui pesan singkat.

Beasiswa Bakti Nusantara memiliki tantangan sendiri. Karena tidak hanya non-disabilitas saja yang boleh daftar. Melainkan baik disabilitas maupun non-disabilitas diberikan kesempatan dan tantangan yang sama, yakni penulisan esai. Esai Misbah sendiri mengambil tema peningkatan kapasitas masyarakat marjinal dengan judul “Teknik Mentoring Masyik untuk Meningkatkan Regulasi Diri dan Motivasi Diri Tunanetra dalam Kehidupan Sehari-hari dengan Metode Qurani”.

“Saya ambil isu marjinal yang mencakup disabilitas maupun non-disabilitas. Karena mereka semua dilahirkan dalam keadaan suci. Maka dari itu harus kita perhatikan. Mereka adalah produk Indonesia. Bisa jadi, kedepannya mereka menjadi pahlawan besar,” tambahnya.

Melalui Bakti Nusa, Misbah belajar banyak hal. Seperti pengembangan kapasitas dan potensi diri. Hingga membuat program problem-solving yang mampu memberikan dampak banyak bagi masyarakat.

“Belajar bagaimana bisa mengetahui potensi diri, kondisi realitas, historis hingga regulasinya. Di sana kita tidak hanya dituntut untuk memikirkan problem dan solusinya saja,” lanjutnya.

Selepas dari Bakti Nusa, Misbah aktif di lembaga kemasyarakatan seperti di Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) dengan posisi sebagai ketua pengurus daerah periode 2019-2024. Misbah, merupakan pemuda pertama yang dipercaya menjalankan posisi tersebut di Surakarata. Lalu di lembaga-lembaga lain seperti Tim Advokasi Difabel (TAD) Surakarta, Unit Layanan Disabilitas BPBD Surakarta (sebagai ketua), Gerakan Peduli Indonesia Inklusi (sebagai pengampu tim inti yayasan), DIFALITERA. Kemudian juga aktif di Takmir Masjid Al Huda, Surakarta. (Dompet Dhuafa/Henny)