Nur Rohim, Driver Ambulance Kawakan LKC Dompet Dhuafa

TANGERANG SELATAN – Rambut sudah beruban, memutih, menguatkan kesan bersahaja di raut wajah seorang Nur Rohim (46). Sudah sejak Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa berdiri di 2001, Rohim begitu ia sering disapa, telah bekerja di sana. Saat itu usianya masih 28 tahun dan berkerja sebagai office boy.

“Waktu itu saya hanyalah seorang OB. Tugas saya membersihkan ruangan di LKC, baik ruang dokter, perawat, apotek dan lain sebagaianya,” jelasnya, memulai kisah perbabakannya di dunia layanan kesehatan.

Masuk 2004, trafik pelayanan di LKC sangatlah tinggi. Setidaknya 200-an orang bisa berobat di sana setiap harinya. Mahklum saja, waktu itu, LKC menjadi salah satu lembaga kesehatan yang menggratiskan pelayanannya kepada pasien dhuafa. Belum muncul model pelayanan kesehatan dari pemerintah seperti BPJS yang ada saat ini. Termasuk dalam jasa pelayanan pengantaran pasien menggunakan ambulance, yang juga tak kalah banyak. Rohim yang awalnya OB, diangkat menjadi salah satu driver ambulance. Sejak itu, sudah ribuan pasien ia antar dengan ambulanya.

“Awal dulu saya antar pasien dari ciputat ke RSCM. Orangnya senang sekali diantar, karena tidak perlu bayar,” terangnya, menceritakan pengalaman pertama mengantar pasien.

Hampir 16 tahun bekerja sebagai driver ambulance, tidaklah membuat Rohim merasa bosan. Ayah tiga anak tersebut merasa pekerjaannya sangatlah mulia. Bertemu pasien baru dan membantu ikhtiar mereka mencari kesehatan, membuat Rohim bersemangat. Apabila mendapati pasien yang ia antar sembuh, Rohim merasa bahagia.

“Pernah dulu ngantar pasien tumor mata, nyaris setiap hari saya yang bawa untuk periksa. Kankernya sudah parah, sampai-sampai saya tidak kenal mukanya. Suatu ketika ia datang ke LKC dan bilang terima kasih ke saya. Saya bingung karena gak kenal. Ternyata itu pasien yang dulu sering saya antar dan sudah sembuh. Saya senang sekali tentunya,” lanjut Rohim.

Bekerja sebagai driver ambulance juga tidak lepas dari resiko. Terlebih profesinya menuntut untuk mengantar pasien dengan cepat dan aman sampai rumah sakit tujuan. Halangan di perjalanan, tidak jarang ia temui, terkhusus di jalanan Jakarta yang sering macet. Rohim memuji para pengendara yang sadar akan kehadiran ambulance dan mebukakan jalan untuknya.

“Pernah waktu itu ketika ngantar pasien mau melahirkan ke RS. Fatmawati. Ketika mau sampai, jalannya sangat macet, padahal mau melahirkan. Sampai-sampai bidannya keluar dan ke belakang. Karena saking takutnya pasien kenapa-kenapa. Alhamdulillah, banyak pengendara lain yang membukakan jalan,” akunya.

Rohim, hanyalah driver ambulance kawakan. Namun jasa yang ia berikan selama ini, telah membantu banyak pasien kurang mampu untuk mendapat moda trasnportasi layak menuju rumah sakit. Ada kalanya ia dapati pasien darurat, yang mengharuskan kecepatan tinggi agar mendapatkan pertolongan secepatnya. Lebih sering, ia antar pasien yang tidak punya biaya trasnportasi berobat. Semua itu Rohim lakoni dengan ikhlas, dengan harapan pasien yang ia antar mendapatkan kesembuhan. (Dompet Dhuafa/Zul)