Orang Tua Harus Menjadi Idola Bagi Anak-anaknya, Solusi Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi

SIARAN PERS, JAKARTA — Kak Seto mengatakan, guna menunjang proses pembelajaran anak yang dilakukan secara daring virtual selama masa pandemi, orang tua harus menjadi idola bagi anak-anaknya. Pasalnya, pemegang kunci utama susksesnya pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah orang tua.

Sedangkan dalam proses pembelajarannya, Ka Seto menyarankan supaya materi-materi maupun tugas yang akan diberikan oleh guru kepada murid, terlebih dahulu disampaikan kepada orang tua.

“Orang tua itu sebagai mediator antara guru dan anak. Materi sebaiknya disampaikan terlebih dahulu ke orang tua, kemudian orang tua yang menyampaikan ke anak. Sinergi orang tua dan guru menjadi kunci penting terlaksananya proses PJJ dengan efektif,” kata Kak Seto pada diskusi daring di kanal youtube DD TV dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (Kamis, 23/7/2020).

Seorang publik figur, Riafinola Ifani Sari, atau yang sering disapa Nola Be3, mengaku, semenjak pembelajaran jarak jauh diberlakukan di sekolah anaknya, Naura, hubungan emosional Nola dan Naura menjadi semakin dekat. Tidak hanya itu, Nola juga mengaku menjadi lebih memahami karakter anaknya, serta apa dan bagaimana yang dibutuhkan dalam proses pengembangan dirinya.

“Poin positifnya dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini, harusnya jadi makin mendekatkan antara orang tua dengan anak-anaknya,” katanya.

Menambahkan perkataan sebelumnya, Kak Seto menyampaikan bahwa semua anak pada dasarnya cerdas. Kecerdasan itu harus diketahui dan turut dibimbing oleh orang tua. Sehingga kelak, anak akan dapat terus berkembang karena mendapat dukungan dari orang tua.

“Dengan proses pembelajaran dari rumah ini, menjadi kesempatan bagus bagi para orang tua untuk memahami kecerdasan masing-masing anaknya,” tambahnya.

Begitu juga dengan para guru atau pun para tenaga didik lainnya. Di kondisi pandemi seperti ini, standar dan indikator pencapaian siswa tidak boleh terlalu dipaksakan. Standar isi pembelajaran jarak jauh di saat kondisi darurat seperti ini, adalah pada etika, estetika, iptek, nasionalisme, dan kesehatan.

“Tidak harus sangat sesuai dengan kurikulum maupun standar yang harus di capai,” tegasnya ulang. (Dompet Dhuafa/Muthohar)