Pantang Pulang Sebelum Aman, Suka Duka Relawan Kemanusiaan (Bagian 1)

SIARAN PERS, TANGERANG SELATAN — Menjadi relawan Cekal (Cegah Tangkal) Corona bukan suatu tugas yang mudah. Resiko terpapar penyakit bisa terjadi kapan pun dan di manapun saat mereka bertugas. Musuh tak kasat mata tersebut selalu mengintai dan membayang-bayangi setiap gerak langkahnya.

Hal tersebut tentu dirasakan setiap relawan. Namun, cara menyikapi dan tekatnya yang menjadikan mereka selalu tangguh. Priyanto, Bagus Firmansyah, Asep Suryana, dan Sesar Fathoni adalah sebagian sedikit dari relawan-relawan penanggulangan covid-19. Mereka memilih untuk turun ikut memerangi pandemi tersebut.

Keempat relawan tersebut adalah satu tim yang tergabung di tim Cekal Corona Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa. Di jeda salah satu aksi, mereka menceritakan suka dan duka sejak turun dalam aksi Cekal Corona pada awal Maret lalu.

"Kami berempat adalah satu tim, namanya tim Delta. Tugas kami adalah sebagai penyemprot cairan disinfektan ke fasilitas-fasilitas umum. Juga ke perumahan-perumahan warga,” cerita Priyatno, PIC tim Delta, saat jeda aksi penyemprotan di area Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (11/4/2020).

Melanjutkan ceritanya, Priyanto mengungkapkan, tugas ini merupakan tugas yang tidak ringan. Berbeda dengan tugas-tugas kemanusiaan lainnya. Jika bencana alam seperti banjir, longsor ataupun gempa, dapat diprediksi dan di-mitigasi, maka tidak dengan wabah Corona. Justru data terus-menerus menunjukkan peningkatan angka korban. Dari segi potensi korban/terdampak, bencana wabah Corona tidak mengancam orang tertentu ataupun daerah tertentu. Setiap orang adalah target sasaran virus tersebut.

“Kalau bencana alam, kami para tim respon turun setelah keadaan dinyatakan aman. Kalau ini tidak. Apapun keadaannya kami harus turun,” lanjutnya. (Dompet Dhuafa/Muthohar)