Pendidikan: Menumbuhkan Fitrah, Mengantarkan Peran Peradaban (Bagian Satu)

SIARAN PERS, JAKARTA — "Adab dan Ilmu akan mudah diserap ketika fitrah tumbuh. Pendidikan seperti dakwah, yang dibangun adalah ghirah (energi/semangat). Sehingga juga kuat aqidah-nya," ujar Ustaz Harry Santosa, Praktisi Pendidikan, selaku Narasumber pada sebuah webinar Eduaction (Vol. 2) #AkuKamuAksi, pada Sabtu (2/5/2020).

Ia pun menuturkan bahwa sebaiknya sebuah keluarga memiliki misi ingin melahirkan generasi seperti apa. Karena anak adalah karunia, bukan beban. Hendaklah bukan sekedar menjadi anak biologis namun anak ideologis, yakni dapat melanjutkan perjuangan kita dan menjadi legacy dalam amal jariyah (regenerating parenting).

"Dalam pandemi seperti saat ini, sejatinya adalah kembali ke fitrah. Fitrah merupakan landasan, juga benih yang tumbuh. Ibarat diri adalah gadget, fitrah sudah ter-install pada diri. Setiap anak terlahir dengan keadaan fitrah, peran orang tua yang mengarahkan. Mencetak manusia beradab dari ilmu yang di dapat darimana pun," terang Ust. Harry.

Di awal webinar, Ustadz Harry memberikan sedikit gambaran sebagai dasar pembeda aqidah dan kecerdasan. Dilansir dari yang ia baca, hasil riset dari 19 orang lulusan kampus terbaik dunia, 10 orang adalah penyebab bangkrut perusahaan besar dan 9 orang lainnya adalah perusak alam. Bahkan 1/4 dari mereka bunuh diri.

"Anak-anak ini jenius dengan cara dan peran pekerjaannya. Namun dunia tercengang dengan hasil ini. Tidak beradab pada alam, pada masyarakat, bahkan pada diri sendiri," ujarnya.

Ia lanjutkan, "Sistem pendidikan modern tidak melahirkan human being, manusia yang tumbuh paripurna. Pendidikan modern membuat pem-bocahan panjang, salah satu dampak revolusi industri, yang memiliki masa konsumtif kisaran usia 15-25 thn. Akibatnya kedewasaan terlambat, adab tidak tumbuh". (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)