Penggalan Kisah LKC Dompet Dhuafa, Perangi Angka Stunting Di NTT

SIARAN PERS, JAKARTA — Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan angka stunting tertinggi. Riskesdas 2018, mencatat angka tertinggi stunting terdapat di Nusa Tenggara Timur, dengan besaran 42,7%. Sedangkan yang paling rendah dipegang oleh Jakarta 17,6%.

Kemudian di 2019, SSGBI menunjukkan perubahan angka stunting. Tertinggi tetap dipegang oleh NTT dengan persentase 43,82%. Lalu Bali berada di peringkat terendah proporsi stunting 14,42%.

"Angka nasional memang menunjukan penurunan. Namun kondisi di masing-masing itu berbeda. Nusa Tenggara Timur termasuk yang paling parah," jelas drg. Martina Tirta Sari (Direktur LKC NTT Dompet Dhuafa) paparnya dalam diskusi publik “Kerawanan Pangan dan Tantangan Stunting Anak Negeri” di RBoj Coffee, Jakarta Selatan, akhir bulan lalu.

Beliau melanjutkan, dengan persentase stunting yang tinggi, Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) cabang NTT berusaha menekan dengan dua program utama, yakni Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dan Jaringan Kesehatan Ibu dan Anak (JKIA).

Program STBM itu meliputi sosialisasi: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); revitalisasi LSM setempat; pemicuan jamban sehat, sebuah kegiatan sosialisasi, simulasi, serta komitmen untuk membangun sarana sanitasi bersama-sama.

Sedangkan JKIA, lebih kepada pemberian edukasi dan penguatan kapasitas kader kesehatan serta relawan-relawan setempat. Di saat yang bersamaan juga memantau kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak. Terutama bayi di bawah dua tahun (baduta).

"Kita melakukan advokasi untuk itu semua," tambahnya.

Ke semua itu memang tidak mengurangi angka stunting secara signifikan. Namun itu merupakan salah satu ikhtiar yang patut dilakukan terhadap wilayah dengan angka stunting tertinggi.

Salah satu penerima manfaat, Kristin Ndoki. Kristin Ndoki, berumur 20 bulan, walinya adalah
kakek dan neneknya. Sedangkan Ibunya bekerja sebagai TKW dan belakangan tidak ada kabar.

Kristin sendiri tinggal serumah dengan 13 anak dan kakek-neneknya. Dengan bantuan sang bibi yang juga masih berusia SMP dan SD. Mereka bersama-sama merawat Kristin dengan kondisi yang penuh keterbatasan. Kala itu Kristin beratnya hanya 4,1 kg. Sampai LKC NTT intervensi beratnya telah berkembang menjadi 7,3 kg.

"Masih banyak sebenarnya Kristin yang lainnya. Maka ayo mari kita sama-sama perangi stunting," tutupnya. (Dompet Dhuafa/Fajar)