Pentingnya Perhatikan Gizi Makanan: Dompet Dhuafa Ajak Milenial Bebaskan Indonesia dari Stunting

SIARAN PERS, TANGERANG SELATAN — Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Sehingga anak lebih pendek untuk usianya, mengalami hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta akan mengalami gangguan metabolik (beresiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung) pada saat dewasa.

Dengan menyoroti perihal stunting. Indonesia mempunyai tiga beban (triple burden) masalah gizi, yaitu: (1) adanya defisiensi kalori dan protein, dimana angka prevalensi anak dengan underweight sebesar 17,7 %, wasting 10,2 % dan stunting 30,8 %; (2) defisiensi zat gizi mikro, dimana data anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 %; dan (3) kelebihan kalori, dimana angka gizi lebih balita sebesar 8 %, gizi lebih penduduk usia > 18 tahun sebesar 28,9 %.

Dari tiga beban tersebut, stunting menjadi permasalahan serius yang memerlukan perhatian dan intervensi berbagai pihak. Karena stunting menjadi salah satu tolok ukur HCI (Human Capital Index) Indonesia. HCI Indonesia sendiri pada 2018 adalah 0,53 atau berada di peringkat ke 87 dari 157 negara. Data tersebut akan mampu memperkirakan anak-anak Indonesia yang lahir saat ini, 18 tahun kemudian hanya dapat mencapai 53 persen dari potensi produktivitas maksimumnya. Sehingga HCI dapat dijadikan rujukan untuk melihat tingkat pencapaian pembangunan SDM di Indonesia dan merancang prioritas dan target pembangunan nasional yang selaras dengan SDGs.

Untuk itu, Dompet Dhuafa mengadakan seminar bertajuk “Milenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting” di Aula RS. Sari Asih Ciputat, Kamis (23/1/2020). Turut mengundang Hendra Sudrajat, S.Gz, RD (Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto), Ns. Sifing Lestari, S.Kep (Direktur LKC DD Banten), Hj. Nasih Sutisna, S.SiT, M.Kes (Ketua Ikatan Bidan Indonesia Cabang Kota Tangerang Selatan), dr. Novitria Dwinanda, Sp.A (Harapan Kita National Women and Children Hospital Jakarta Nutrion and Metabolic Disease Division Pediatrician), Iin Sofiawati. SKM, MA (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Tangerang Selatan) dan dr. Yeni Purnamasari, MKM (General Manager Divisi Kesahatan Dompet Dhuafa).

"Kondisi stunting tersebut perlu disadari oleh kalangan millenial, terutama terkait dengan upaya yang bisa dilakukan sejak remaja. Persiapan pranikah sampai dengan menikah dan optimalisasi 1.000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari masa kehamilan sampai lahir dan anak berusia 2 tahun menjadi kunci penting, dalam membangun kesadaran hidup sehat, serta dapat mencegah dan melahirkan generasi bebas stunting,” ujar dr. Yeni Purnamasari., MKM.

Dengan kompleksitas teknologi saat ini. Kaum milenial harus sadar bahwa gizi yang seimbang bukan lagi mengonsumsi 4 sehat 5 sempurna. Terutama apabila terjadi malnutrisi. Seseorang harus mengonsumsi makanan-makanan bergizi secara bertahap dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kondisi tubuh dengan makanan yang dikonsumsi.

“Millenial harus sadar mengimplementasikan gizi yang seimbang bukan lagi 4 sehat 5 sempurna. Akan tetapi dimulai dengan bergerak. Gizi yang masuk juga harus diseimbangkan dengan gerakan (olahraga). Karena kalau kaum millennial mengalami gangguan fisik. Ditakutkan hal ini akan terjadi pada generasi selanjutnya,” jelas Hendra Sudrajat, S.Gz, RD.

Seminar ditutup dengan workshop membuat Makanan Penunjang ASI (MPASI) yang dipandu oleh Meyta Winduka (ahli gizi LKC Dompet Dhuafa). MPASI terbukti sebagai salah satu upaya untuk menekan angka stunting. Salah satunya dengan menyertakan protein hewani yang menjadi kunci untuk menekan kemungkinan stunting.

“MPASI itu cukup mudah. Karena berkaitan dengan makanan-makanan seharian kita,” tutup Meyta. (Dompet Dhuafa/Fajar)