Posyandu Ujung Tombak Tangkal Stunting

SIARAN PERS, JAKARTA — Maraknya isu stunting di Indonesia, membuat banyak pihak mulai menggencarkan banyak program. Salah satunya sebagaimana yang dilakukan oleh UNICEF. 

Jumlah angka stunting masih terbilang tinggi pada 2018. Peringkat tertinggi dipegang oleh NTT sebesar 42,7%. Sedangkan paling rendah berada di Jakarta 17,6%. Akan tetapi jika kita melihat dalam skala nasional, angka stunting di Indonesia memang menunjukan penurunan. Pada 2013, stunting berada di angka 37,2%. Kemudian 2018 mencapai 30,8%. Kedua angka tersebut berasal dari Riskesdas. Lalu 2019, SSGBI menunjukan angka stunting berada di 27,7%.

Untuk menekan angka stunting tersebut, UNICEF mengadakan Maternal and Young Child Nutrition Security Initiative in Asia (MYCNSIA). Kegiatan tersebut digencarkan sejak 2011 di seluruh dunia. Salah satunya di Indonesia. Program tersebut fokus pada penguatan kapasitas petugas kesehatan dan relawan tentang pelayanan gizi bagi orang tua dan anak. 

"Mula-mula kita penguatan tim yang ada di posyandu. Karena warga paling sering datang ke Posyandu untuk konsultasi berbagai masalah kesehatan," jelas Sri Wahyuni Sukotjo, selaku Nutrition Specialist UNICEF Indonesia dalam diskusi publik “Kerawanan Pangan dan Tantangan Stunting Anak Negeri” dari Dompet Dhuafa di RBoj Coffee, Jakarta Selatan, akhir bulan lalu.

Hingga saat ini MYCNSIA berada di tiga titik, Klaten, Sikka, dan Jayawijaya. Kesemua titik melibatkan relawan-relawan yang terdiri dari lintas lini seperti petani, peternak hingga pemimpin agama setempat. Hal tersebut dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat secara masif. Yang diterapkan dari elemen terkecil masyarakat hingga yang besar. 

"Kunci keberhasilan (menurunkan angka stunting) ialah peningkatan kapasitas tenaga medis dan warga sekitar. Hal tersebut termasuk sosialisasi petani tentang cara dan model tanah saya yang mendukung pengembangan tanaman yang sehat dan bergizi," pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Fajar)