Purwanto, Abdikan Diri Untuk Kelestarian Madu Di Hutan Wanagama (Bagian 2)

Dulu, warga mendapatkan madu dengan cara berkeliling hutan, mencari sarang lebah. Cara konvensional tersebut selain tidak efisien juga tidak ramah lingkungan. Sarang lebah yang diambil biasanya dieksploitasi sepenuhnya. Lebah pun kehilangan tempat untuk berkembang biak. Populasinya mulai menurun, begitu pula dengan madu yang didapatkan warga.

“Zaman dulu, warga nyari sarang madu itu diambil semua, habis tidak ada sisa. Lebah jadinya kehilangan tempat tinggal, sumber makanan dan lain-lain,” jelasnya dengan mahir. Walau hanya lulusan SD, namun untuk wawasan tentang lebah, Purwantolah ahlinya.

Dengan rasa ingin tahunya, Purwanto menemukan metode membudidayakan lebah dengan Skup. Seiring berjalannya waktu, warga lain melirik, dan lambat laun mulai meninggalkan cara lama. Hingga kini, lestarinya Hutan Wanagama tidak terlepas dari peran para lebah yang berkeliaran menyeimbangkan ekosistem. Kehadiran skup ala Purwanto bukan hanya memberikan rupiah bagi warga, namun juga lestarinya hutan tersebut.

“Sekarang sudah gak ada yang nyari lebah seperti dulu. Menjadi petani lebah juga gak ada ruginya, karena juga bisa disambi dengan yang lain, modalnya pun tidak berkurang, malah bertambah,” ungkapnya.

Kini, Purwanto disibukan dengan mengembangkan kelompok petani madu Sumber Rejeki. Akhir tahun ini, kelompoknya berkesempatan untuk mendapatkan dukungan dari Dompet Dhuafa Yogyakarta melalui progam Grand Making. Alhasil tiap anggota mendapatkan bantuan berupa ratusan skup dan juga pembinaan bisnis yang lebih profesinal.

“Alhamdulillah bisa dipertemukan dengan Dompet Dhuafa, dapat bantuan skup sama pembinaan. Semoga petani madu di sini semakin maju lagi,” harapnya. (Dompet Dhuafa/Zul)