Stafsus Wapres RI Tawarkan Micro Farming sebagai Solusi Perekonomian di Kala Pandemi Covid-19

SIARAN PERS, JAKARTA — Wakil Presiden RI, Prof. Dr. K.H. Maruf Amin menyebutkan, wabah pandemi Corona (Covid-19) berdampak pada meningkatnya kemiskinan baru di Indonesia. Bahkan, ia menyampaikan bahwa angka kemiskinan bakal terus bertambah. Hal tersebut tentu jika pemerintah dan masyarakat tidak inovatif melakukan berbagai upaya dan strategi untuk mengatasinya.

Stafsus Wapres RI, Dr. Lukmanul Hakim mulai mendata dan mensinergikan berbagai potensi untuk membantu masyarakat melalui sebuah program stimulus dan bantuan untuk mengurangi dampak pandemi yang terjadi saat ini. Yaitu dengan mengimplementasikan Micro farming. Sebuah pertanian keluarga dengan memanfaatkan lahan terbatas di pekarangan atau sekitar rumah dengan budidaya pertanian produktif.

"Micro farming tidak hanya untuk konsumsi keluarga saja, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan keluarga sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar dan kehidupannya," ungkap Lukman.

Secara bertahap, Micro Farming telah diterapkan. Stafsus Wapres Bidang Ekonomi dan keuangan tersebut akan segera melaporkan gagasan ini kepada Wakil Presiden RI. Sehingga dapat menjadi program nasional yang dapat diterapkan secara lebih luas di Indonesia.

Pada Sabtu (30/5/2020), Lukmanul Hakim didampingi oleh Guntur Subagja selaku Direktur Dompet Dhuafa Corpora dan Nasyith Madjidi selaku Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, membersamai melakukan peninjauan lahan dan kandang peternakan di Bogor untuk diproduktifkan sebagai integrated farming. Di sana Lukman kemudian menawarkan solusi program Micro Farming tersebut untuk menbantu masyarakat terdampak covid-19 dan masyarakat miskin agar tetap berpenghasilan.

Meski budidaya dilakukan secara mikro, namun ekonomi keluarga tetap dipertimbangkan. "Setidaknya setiap keluarga bisa mendapatkan penghasilan Rp 1,5 juta per bulan," imbuh Stafsus yang juga Ketua Umum Arus Baru Indonesia (ARBI) tersebut.

Untuk itu budidaya yang dikembangkan pada skala keluarga, harus berupa komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Misalnya, budidaya udang vaname air tawar di kolam plastik, budidaya lobster, budidaya ikan kolam bioflok, budidaya ayam kampung, dan budidaya sayuran di pekarangan rumah. 

"Masih banyak budidaya yang dapat dikembangkan, disesuaikan potensi lokal masing-masing," ujar Lukman.

Konsep Micro Farming perlu dibuat model bisnis dan rantai pasoknya secara terintegrasi sehingga produk keluarga dapat terserap pasar dengan baik. Implementasinya dapat mengoptimalkan peran RT/RW dan komunitas setempat dan berbejaring dengan subtitusi rantai pasok lainnya. Dari segai permodalan, dapat didapatkan dari dana bantuan atau dana produktif bergulir. Yaitu dengan mensinergikan pemerintah, lembaga keuangan dan perbankan, koperasi, BUMN, dan lembaga sosial seperti lembaga zakat, infak, dan wakaf.

"Di era tatanan kehidupan normal baru (new normal) ini, mindset dan pendekatannya harus diubah menjadi lebih praktis, ekonomis,dan berdampak sosial tinggi," tuturnya lagi.

Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Madjidi, mengatakan, "Meski Indonesia masih dalam masa pandemi, alangkah baiknya kita sama-sama dalam upaya mencari solusi juga jalan keluar. Pun kami, Dompet Dhuafa, berupaya salah satunya meninjau lahan dan kandang peternakan di Bogor untuk diproduktifkan integrated farming, terlebih umat Islam yang akan menyambut dan menunaikan ibadah Kurban Idul Adha". (Dompet Dhuafa/Muthohar)