Taman Baca Masyarakat, Upaya Pembelajaran Alternatif di Tengah Pandemi (Bagian Dua)

SIARAN PERS, JAKARTA — Selain menyediakan aneka macam buku, Taman Baca Masyarakat (TBM) Edelweiss juga menghadirkan program pembelajaran seperti Membaca Buku, Pendidikan Adab dan Karakter, Bahasa Arab dan Inggris, Matematika, Seni, serta aneka Permainan Tradisional. Pengajar juga merupakan relawan-relawan mitra TBM Edelweiss untuk bersama-sama membantu memberikan pembelajaran yang mumpuni.

Sedangkan untuk sesi belajar, dalam seharinya dibagi dalam tiga waktu: sesi untuk jenjang PAUD dari jam 09.00 – 11.00 pagi. Sesi kedua untuk jenjang TK di rentang waktu 15.30 – 17.30. Dan terakhir untuk jenjang SD 19.30 – 20.30. Dengan total keseluruhan murid mencapai 50 anak.

Muhammad Ma’ruf selaku salah satu pendiri TBM Edelweiss mengakui pendirian taman baca bukan tanpa hambatan. Terutama di tengah gempuran era digitalisasi dan minat baca masyarakat yang rendah.

“TBM ini berdiri 16 Januari 2019. Awalnya memang hanya perpustakaan, belum mengarah ke taman baca. Namun pada saat sebelum dinamakan TBM Edelweiss beberapa anak-anak sudah sempat datang ke sini, walaupun memang hanya untuk melihat-lihat dan tidak membaca atau sekedar bermain dengan teman sebayanya,” terang Muhammad Ma’ruf ketika ditemui di kediamannya oleh tim Dompet Dhuafa, Jum’at (13/11/2020).

“Akhirnya kita coba hadirkan program-program literasi untuk memunculkan minat baca mereka. Paling tidak kami berharap minat membaca mereka muncul. Karena cukup menyayangkan jika jumlah buku yang banyak tapi minat bacanya masih sedikit,” tambah lelaki yang biasa disapa Bang Rauf.

Intan Nuraini salah satu pengunjung yang duduk di bangku Kelas 3 SD ini menuturkan senang sekali bisa belajar dan bermain di sini, “Setiap hari ke sini. Karena senang bisa menambah teman dan tambah ilmu. Soalnya cita-cita aku sendiri mau jadi dokter gigi,” jelasnya.

Hadirnya TBM Edelweiss mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Serta menjadi inspirasi bagi masyakarat yang ingin mendirikan taman baca serupa di wilayah mana pun.

“Edelweiss berasal dari nama bunga yang biasanya tumbuh di wilayah pegunungan. Ia memiliki makna keabadian. Sehingga itu juga jadi harapan kami ketika mendirikan taman baca ini, semoga tetap abadi sampai kapan pun,” tutup Rauf. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Fajar / Editor: Dhika Prabowo)