Tapak Tilas Tebar Hewan Kurban (Bagian Satu)

SIARAN PERS, JAKARTA — Mengemban amanah sebagai Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) 2020, Zainal Abidin Sidik, mencoba menapak-tilasi program THK yang diinisiasi oleh para pendahulu, insan Dompet Dhuafa sejak tahun 1994. Sebagaimana Dompet Dhuafa, yang mengilhami berdirinya sejumlah lembaga amil zakat serupa, Tebar Hewan Kurban, disadari atau tidak, telah mengubah budaya dan perilaku para pekurban.

Zainal atau yang kerap disapa 'Bang Jay', menjelaskan, sebelum maupun sesudah tahun 1994, ibadah kurban pada bulan Dzulhijjah, biasanya rutin terlaksana dengan ritual penyembelihan hewan kurban di kediaman sendiri, pun paling jauh diserahkan kepada panitia kurban di Masjid terdekat.

"Kemudian Dompet Dhuafa, melalui program Tebar 999 Hewan Kurban, meluncur dengan ide 'gila'. Yakni para pekurban hanya menyerahkan sejumlah dana kepada Dompet Dhuafa untuk membeli hewan kurban. Sekaligus memberikan kepercayaan untuk menyembelih hewan kurban itu di lokasi lain, tempat-tempat terpencil bahkan terluar. Heroik!", jelasnya.

"Bahkan yang saya dengar, dan membuat hati saya bergetar setiap kali mengingatnya, mas Erie Sudewo, Presiden pertama Dompet Dhuafa, menyatakan, haram jika ada satu lembar saja bulu hewan kurban yang ‘mampir’ ke meja Direksi Dompet Dhuafa. Amanah memang berat, dan itulah yang dijaga insan Dompet Dhuafa hingga kini", tegas Bang Jay.

Sejak tahun 1994, program Tebar 999 Hewan Kurban terus bergulir. Dan pada tahun 1998 berubah menjadi Tebar Hewan Kurban, juga telah didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2016. Platform awal tetap dipertahankan.

"Ternaknya sedapat mungkin dibeli langsung dari peternak. Jakarta bukan lokasi utama untuk pemotongan hewan kurban. Hewan-hewan itu, disembelih di pelosok desa dan kawasan terpencil untuk dapat diterima para mustahik yang bisa dibilang jarang (bahkan tidak pernah) makan berlauk daging", pungkas Bang Jay.

"Beberapa hari lalu, saya berdiskusi dengan inisiator THK, Sunaryo Adhiatmoko. Dia mengungkapkan bahwa dalam urusan kurban, pesaing Dompet Dhuafa bukan kemiskinan, tapi bandar besar serta blantik sapi dan kambing. Sekali lagi, menurutnya, program THK Dompet Dhuafa menjadi pioneer. Program-program serupa, termasuk dengan tajuk yang dimirip-miripkan, dengan aneka motif, muncul mengiringi", terangnya.

Dalam perjalanannya, THK Dompet Dhuafa, telah menapaki berbagai wilayah di Nusantara maupun dunia. Seperti pada tahun 2019 lalu, tepat sebelum masa pandemi Corona (Covid-19) melanda Indonesia, Tim THK dengan Jelajah Kurban Nusantara-nya, menebar distribusi daging kurban seperti di Pulau Sapudi (Madura, Jawa Timur), Pulau Arar (Sorong, Papua Barat), Maluku, Kalimantan Barat, dan lainnya. Bahkan wilayah terdampak bencana alam (Gempa Lombok) di Nusa Tenggara Barat dan (Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi) di Palu (Sulawesi Tengah), juga Myanmar. (Dompet Dhuafa/Zainal Abidin/Dhika Prabowo)