Tuju Pulau Sapudi, Gemakan Takbir Kala Senja (Jelajah Kurban Nusantara – Bagian Empat)

SIARAN PERS, SITUBONDO, JAWA TIMUR — Lebih dari 9 (sembilan) jam menunggu kapal, akhirnya kami berhasil berkendara di atas sebuah kapal perjalanan laut menuju Pulau Sapudi, Madura. Kapal tersebut melayani penyeberangan rute Pelabuhan Jangkar-Sapudi, dengan jadwal keberangkatan hanya 2 (dua) kali dalam seminggu. Keberangkatan pun tidak semulus kelihatannya. Memang, kerap kali kapal-kapal di pelabuhan ini mengalami penundaan jadwal. Kami pun mengalaminya. 

Mulanya dijadwalkan pukul 08.00 WIB pagi, nyatanya berangkat pukul 17.00 WIB sore. Sebab, gelombang ombak yang sedang tinggi. Hal tersebut sudah menjadi suatu kelumrahan. Para warga juga menyadari, pemberangkatan kapal kerap kali tidak sesuai dengan yang dijadwalkan. Bahkan jika kuota penumpang sudah penuh, kapal bisa jadi diberangkatkan lebih awal, tak peduli ada yang tertinggal.

Meski begitu, hal tersebut patut disyukuri. Penundaan keberangkatan menjadikan tim THK (Tebar Hewan Kurban) Dompet Dhuafa lebih matang mempersiapkan segala sesuatunya. Selain itu, berangkat di sore hari menjadi pelipur penat setelah perjalanan dan penantian yang lumayan panjang. Di balik sebuah dataran tipis sebelah barat dermaga, para penumpang disuguhi pemandangan senja sore yang memukau. Masya Allah..

Saat azdan Maghrib diputar pada pengeras suara kapal, sontak para penumpang diam. Lafadz demi lafadz suara lantunan adzan ditangkapnya melalui telinga, dialirkannya ke dalam jiwa. Hingga adzan selesai dikumandangkan, para penumpang semarak menggemakan takbiran. Menandakan telah masuknya lebaran kurban ketika para hujjaj mulai beranjak dari mabit di Muzdalifah untuk bermalam.

Gemakan gaung Takbir di atas kapal bersama para pejuang kurban di atas laut, kala senja mentari tenggelam, menjadi pengalaman yang takkan terlupakan bagi kami. (Dompet Dhuafa/Muthohar)