Pro-kontra lockdown di Indonesia, sebagai solusi mencegah penyebaran virus COVID-19, terus terjadi. Sebenarnya gambaran lockdown itu seperti apa ya? Mengapa terjadi pro-kontra? Simak ulasan berikut ini untuk menemukan jawabannya.
Pengertian Lockdown dan Gambaran Pelaksanaannya
Berdasarkan bahasa, lockdown artinya kuncian. Kuncian yang dimaksud adalah kondisi di mana suatu wilayah atau negara mengunci semua kegiatan aktivitas sosial, dan mengkarantina penduduk di rumahnya masing-masing.
Lockdown diberlakukan sebagai upaya untuk mengurangi potensi penyebaran wabah virus. Apabila Pemerintah memberlakukan lockdown di Indonesia, maka setiap aktivitas massa ditiadakan sementara. Penduduk dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, dan larangan untuk WNA masuk ke Indonesia. Beberapa institsui Pemerintah akan ditutup, serta penduduk dilarang keluar rumah kecuali karena keperluan mendesak.
Pada tanggal 21 Januari 2020 di Wuhan, tercatat bertambah 100 orang yang terbukti positif COVID-19. Di saat yang sama terdapat 1.500 pasien baru terinfeksi, namun masih dalam tahap inkubasi dan belum diperiksakan. Belum dapat diketahui kepastian terjangkit tidaknya, karena Corona baru dapat didiagnosis setelah 7-14 hari pasca tertular.
Pada tanggal 22 Januari 2020, Pemerintah China memberlakukan lockdown di Wuhan, dan 15 kota sehari setelahnya. Tanggal 27 Januari 2020, kasus yang baru ditemukan angkanya menurun. Dari 2.500 kasus baru, menjadi 500 kasus baru pada tanggal 11 Februari 2020.
Di Indonesia, jumlah pasien positif COVID-19 terus mengalami peningkatan. Pada tanggal 2 Maret 2020, terdapat dua orang di Depok, positif corona. Pada 6 Maret 2020, bertambah dua pasien. Hingga jumlah terbaru pada 17 Maret 2020, jumlah pasien positif menjadi 172 kasus. Sedangkan, jumlah Orang Dalam Pengawasan (ODP), dari 129 orang bertambah hingga 586 orang per 12 Maret 2020.
Selama 15 hari, jumlah kasus positif Corona bertambah 170 kasus. Belum lagi orang yang menjadi carrier, atau pembawa virus dalam masa inkubasi yang belum terdeteksi. Entah berapa jumlahnya. Virus ini cepat sekali menyebarnya.
Lockdown di Indonesia belum diberlakukan sepenuhnya. Namun Pemerintah Daerah telah melakukan upaya pencegahan penularan virus. Seperti meliburkan sekolah, menutup beberapa tempat wisata di Jakarta, dan mengimbau untuk tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan yang sangat darurat atau mendesak. Namun apa saja manfaat dan risiko apabila lockdown diberlakukan?
Baca juga: Lockdown di Zaman Nabi Muhammad SAW
Manfaat Lockdown
Tujuan diberlakukannya lockdown untuk mengurangi potensi penyebaran virus. Dengan menjauhkan kontak sosial secara fisik. Kita tidak tahu apakah diri ini membawa virus COVID19 atau tidak. Karena walau masih dalam masa inkubasi, virus ini dapat menular kepada orang lain. Sehingga penduduk perlu meminimalisir berada dalam kerumunan.
Lockdown sudah berlaku di China dan Italia. Setelah memberlakukan lockdown, Wuhan telah merayakan keberhasilannya mengatasi virus corona, dengan menutup Rumah Sakit sementara. Sebanyak 60.112 pasien berhasil disembuhkan.
Italia melakukan lockdown satu negara. Hal ini diakibatkan karena 10 ribu penduduk zona merah terinfeksi virus, pulang ke kampung halaman masing-masing, penyebaran terjadi semakin cepat. Banyak pasien yang harus dikorbankan, karena jumlah pasien yang membludak, sedangkan kapasitas rumah sakit dan tenaga kesehatan tidak memadai. Bahkan dokter dan perawat pun sampai ada yang positif terinfeksi.
Lockdown di Jakarta dapat membantu tenaga kesehatan, untuk lebih optimal memberikan perawatan kepada yang telah terinfeksi. Ruang isolasi rumah sakit yang menjadi rujukan COVID-19 di Jakarta, masih belum memadai untuk menampung pasien ODP. Sedangkan jumlah kasus terus meningkat di daerah Jakarta. Lockdown, dapat menjadi solusi untuk membantu pihak rumah sakit, agar tidak kewalahan mengobati pasien.
Apabila lockdown di Indonesia diberlakukan, maka dapat mengurangi potensi penularan ke tingkat daerah pelosok. Kondisi infrastruktur kesehatan di daerah pelosok belum memadai, bahkan sangat kurang.
Risiko Diberlakukan Lockdown di Indonesia
Jakarta dan sekitarnya, merupakan jantung perekonomian Indonesia. Sebab peredaran uang rupiah, 70%-nya berada di Jakarta. Sebagian kantor pusat berbagai, berada di Jakarta. Seperti Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Berbagai Bank Pusat, BUMN, dan Perusahaan-perusahaan Swasta lainnya. Ketika lockdown total dilakukan, maka akan berdampak besar dengan ekonomi Indonesia. Krisis terlihat jelas di depan mata.
Lockdown di Jakarta juga dapat mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Rasa panik ini mendorong mereka untuk memborong sembako, untuk memenuhi kebutuhan pangan selama lockdown berlangsung. Orang-orang akan banyak menarik uang tunai, sehingga likuiditas bank akan terganggu.
Bahkan sejak awal diumumkannya Corona masuk ke Indonesia, masker dan alkohol menjadi barang langka. Harga normal masker semulanya 25 ribu, menjadi 300 ribu hingga menembus angka satu juta. Apalagi sebentar lagi bulan Ramadhan, yang mana kebutuhan pangan dan obat-obatan sangat tinggi, harganya pun diperkirakan akan melonjak tinggi. Inflasi akan terjadi bila diberlakukan lockdown.
Penduduk dengan ekonomi menengah-bawah, masih banyak yang minim pengetahuan tentang virus corona. Mereka akan kurang waspada menghadapi potensi penyebaran virus. Penyebaran akan lebih mudah terjadi, ketika tidak ada kebijakan tegas untuk memberlakukan lockdown. Namun, lockdown menjadi hal yang sangat menyulitkan. Mereka tidak memiliki priviledge seperti orang dalam ekonomi menengah-atas. Daripada pusing memikirkan corona, mereka lebih pusing memikirkan besok mau makan apa. Menjadi PR bagi pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan pangan rakyat kecil ketika diberlakukan lockdown di Indonesia.
Di sisi lain, tidak semua jenis pekerjaan dapat dilakukan Work From Home (WFH), atau bekerja dari rumah. Ada ojek online, kurir paket, kuli bangunan, pedagang sayur di Pasar, petugas supermarket, buruh, dan pekerjaan lainnya yang butuh datang ke kantor. Jika mereka tidak bekerja, mereka tidak mendapatkan uang untuk melanjutkan hidup. Tentunya sangat berefek pada perekenomian makro Indonesia.
Apa Saja yang Bisa Kita Lakukan?
Ketika menghadapi lockdown, hal yang perlu kita lakukan adalah jangan panik. Lakukan persiapan pangan secukupnya. Hindari panic buying, yang mengakibatkan kita memborong semua sembako, padahal ada banyak orang yang memerlukannya juga.
Siapkan obat-obatan pribadi secukupnya. Buat jadwal agenda produktif yang bisa dilakukan di rumah. Siasati cara bekerja di rumah, agar perusahaan tetap stabil. Apabila memiliki anak, agenda belajar juga perlu dipikirkan. Jaga pola tidur dan makan untuk menjaga imunitas. Siapkan desinfektan untuk disemprotkan di bagian-bagian benda yang sering disentuh tangan. Alkohol atau antiseptik untuk handsanitizer. Serta selalu cuci tangan dan menjaga kebersihan.
Kondisi Terkini
Sampai pada tanggal 18 Maret 2020, Pemerintah belum memberlakukan lockdown di Indonesia. Pemerintah berupaya mengurangi mobilitas orang-orang dari satu tempat ke tempat lainnya, mengurangi kerumunan, mengimbau untuk jaga jarak, cuci tangan, dan mengenakan masker untuk mengurangi risiko penyebaran.
Walaupun Wuhan memberlakukan lockdown, Pemerintah China tetap memperhatikan kondisi pangan di setiap rumah penduduk, dan insentif bagi rakyatnya yang tetap bekerja saat lockdown. Bagaimana dengan Indonesia? Jadi, apakah kamu setuju lockdown di Jakarta atau se-Indonesia?
Terlepas dari kebijakan Pemerintah terkait lockdown atau tidak, yang bisa kita lakukan sekarang adalah menjaga diri dan keluarga, meminimalisir berpergian atua berkerumun, dan tentunya tetap menjaga kesehatan agar imun tubuh tetap terjaga. Selain itu, kita juga tetap bisa melakukan kebaikan dengan memperhatikan dan berbagi pada sesama. Walaupun tidak harus ke luar rumah, tentu saja #MenebarKebaikan tetap bisa kita lakukan bersama dengan Dompet Dhuafa.
Klik banner di bawah untuk tetap berbagi pada sesama dan memperhatikan mereka kaum dhuafa dan rentan untuk tetap sehat dan bertahan saat pandemi Virus Covid19 ini masih ada.