Kurban kambing atau sapi? Mana yang lebih baik ya? Farhan sedang menimbang-nimbang hewan kurban apa yang harus dibeli. Ini adalah kurban pertamanya sebagai seorang milenial. Dia ingin sekali memberikan yang terbaik, dengan memilih kurban yang tepat. Inginnya yang dapat memberikan banyak daging kepada orang-orang, namun juga yang terjangkau.
Temannya Farhan menyarankan dia mengambil kurban patungan sapi saja, selain murah hasil dagingnya lebih banyak daripada kambing. Tapi apakah kurban patungan itu lebih baik? Farhan mulai mencari-cari referensi di situs Dompet Dhuafa, kolom Khazanah Islam.
Tolok Ukur Dikatakan yang Paling Baik
Suatu hal dapat dinilai baik buruk, setelah melalui alat pengukuran. Misalkan, nilai matematika dikatakan baik, ketika melalui batas minimal dalam alat pengukuran. Matematika adalah ilmu pasti, ilmu yang jawaban akhirnya berupa angka tunggal bukan opsi, tentu alat ukurnya pun lahir secara kuantitatif. Seorang anak mendapatkan nilai 8 dari 10 soal, dengan batas minimal nilai 70, maka masih bisa dikatakan kemampuan matematikanya baik. Lain halnya jika batas minimal ukuran baiknya adalah 90, maka nilai 80 akan bernilai tidak baik.
Terkait penentuan hewan kurban kambing atau sapi, ada beberapa tolok ukur yang dapat kita gunakan.
- Kualitas
- Kuantitas
- Ketakwaan
Kurban Kambing atau Sapi? Mana yang Lebih Baik?
Secara kualitas ibadah kurban, tentu akan lebih baik apabila satu orang berkurban satu ekor hewan. Hewan kurban jenis apapun. Bisa kurban kambing atau sapi, kerbau, dan lain sebagainya. Satu ekor kambing hanya boleh mewakili satu orang, akan tetapi pahalanya dapat diniatkan untuk seluruh anggota keluarga.
”Pada masa Rasulullah SAW ada seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai kurban bagi dirinya dan keluarganya” (HR. Tirmidzi).
Baca juga: Apa Hukum Makan Daging Kurban Nadzar Atau Sunnah untuk Sendiri?
Namun apabila melihat kondisi ekonomi, harga satu sapi cukup mahal dan tidak banyak orang yang dapat menunaikannya. Maka, dibolehkan untuk patungan membeli sapi sebanyak maksimal 7 orang.
“Kami berqurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang.” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.)
Jadi secara kualitas ibadah kurban, kurban satu ekor kambing akan lebih baik daripada patungan sapi sebanyak tujuh orang. Namun, secara kuantitas kurban sapi jauh lebih baik daripada kambing. Karena sapi memiliki jumlah daging yang cukup banyak untuk dibagikan kepada umat muslim lebih luas.
Jempol untuk Sahabat Dompet Dhuafa yang terus mengikuti perkembangan kurban, seperti menonton video singkat ini!
Berkurban Sesuai Kemampuan
Selain tolok ukur kualitas dan kuantitas ibadah kurban, ada tolok ukur yang lebih penting. Yaitu tolok ukur keikhlasan beribadah kepada Allah. Bagaimana keikhlasan hati kita mengeluarkan dana untuk berkurban, untuk menjalankan perintah Allah. Terlepas dari jenis hewan kurban kambing atau sapi yang kita beli.
Tujuan kurban adalah sebagai bentuk rasa syukur dan mendekatkan diri kepada Allah . Maka, memilih hewan kurban sapi atau kambing, jawabannya adalah pilih yang paling sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang aku larang hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap para nabi mereka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat kita memaksakan diri melebihi kapasitas kita, tentulah kita akan menemukan hal yang buruk. Misalkan, memaksakan diri untuk berlari kencang padahal kaki sedang pincang. Tentu akan semakin memerparah kondisi kaki. Atau memaksakan untuk membeli pakaian mahal, tapi dompet setipis kertas koran, tentu akan menjadi kesulitan bagi diri kita.
Oleh sebab itu, lakukanlah sesuatu, laksanakanlah ibadah yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika hanya mampu membeli satu ekor kambing, tidak masalah. Atau hanya mampu ikut kurban patungan sapi, juga diberbolehkan. Apabila harta yang dimiliki mampu membeli satu sapi, tentu akan menjadi Alhamdulillah.
Segala niat kurban hanya ditujukan kepada Allah. Bukan ditujukan kepada manusia yang melihat. Hanya Allah yang berhak menilai sejauh apa ibadah kurban kita, apapun pilihan jenis hewan kurbannya. Bisa jadi, seorang pemulung yang telah menabung bertahun-tahun untuk ikut patungan sapi, bisa lebih bernilai baik daripada seorang konglomerat yang hanya kurban satu ekor kambing.
Jadi, masih pusing mau pilih kurban kambing atau sapi? Pilihlah yang sesuai dengan kondisi dan kemampuanmu. Itu lebih baik.
Tebar Hewan Kurban bersama Dompet Dhuafa
Kurban memiliki nilai sosial yang cukup tinggi. Bukan hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun juga sebagai sarana kita untuk saling berbagi dengan kaum fakir dan miskin. Menipiskan kesenjangan sosial yang selama ini juga diperlihatkan melalui makanan. Seperti memecah stereotip bahwa orang miskin hanya bisa makan tempe, sedangkan orang kaya bisa makan daging steak.
Memberikan daging kurban kepada fakir dan miskin lebih banyak, akan bernilai sedekah. Mendekatkan kesenjangan saudara muslim yang memiliki kelebihan ekonomi dengan yang fakir miskin. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Allah menjelaskan tentang perumpamaan orang yang bersedekah.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah ayat 261)
Melalui kurban di Dompet Dhuafa, sahabat dapat menyedekahkan daging kurban kepada fakir miskin secara luas, melalui program Tebar Hewan Kurban ke seluruh penjuru Nusantara. Daging kurban tidak hanya melimpah tersedia di pemukiman metropolitan, namun bisa terbagi merata hingga ke desa-desa.