Jelajah Kurban Nusantara: Ekspedisi Bengkayang (Bagian Satu)

BENGKAYANG, KALIMANTAN BARAT — Sesuai dengan janjinya, Dompet Dhuafa, melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) 2019, menyasar seluruh pelosok Indonesia. Aceh sampai Papua. Salah satu wilayah sebaran tersebut adalah di Desa Mayak, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Tim Monitoring Evaluatif (Monev) untuk Kalimantan Barat, tanggal 10 Agustus 2019, terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Supadio, Pontianak. Dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit. Sebentar bukan? Namun dari Bandara Supadio menuju Desa Mayak memerlukan waktu kurang lebih 7 jam. Waktu tersebut bukan dikarenakan kondisi lalu lintas yang padat atau sedang ada perbaikan jalan. Melainkan karena jarak yang ditempuh sangat jauh. Waktu 7 jam tersebut juga dicapai apabila berkendara dengan kecepatan 60 – 80 km/jam.

“Waktu Quality Control (QC) lalu juga memakan waktu perjalanan seperti itu mas,” ujar Ahmad, selaku mitra yang mengantarkan tim THK Dompet Dhuafa ke lokasi distribusi kurban.

Sekitar pukul 16:30 WIB kami baru sampai lokasi sebaran yang merupakan lokasi Mitra Ternak Dompet Dhuafa bernama Koperasi Produsen Mekar Sari Mayak Seluas. Sebuah kelompok ternak yang diketuai oleh Ali Solihin. Ali sendiri merupakan ketua generasi kedua dari kelompok tani-ternak yang didirikan langsung oleh ayahnya.

Ketika kami sampai, beberapa anggota kelompok Ternak Mekar Sari masih sibuk memberikan pakan ke ternak-ternaknya. Termasuk Ali juga.

“Mas-mas sekalian, bisa tunggu di rumah saja ya,” sambut Ali, dengan ramah.

Selama menapaki jalan hingga ke Desa Mayak. Kita mengetahui kalau sinyal telepon genggam sudah tidak nampak lagi. Namun itu tidak membuat tim ataupun warga sekitar kepalang panik. Menyasar ke pelosok bukanlah hal baru. Walaupun dengan tidak adanya sinyal, memberikan dampak positif dan negatifnya.

“Di sini mah sudah biasa tidak ada sinyal. Bahkan tidak jarang kami memanjat pohon hanya untuk mencari sinyal atau pergi ke Desa Seluas. Biasanya suka ada sinyal di sana,” jelas Ali, setelah kembali dari ladang.

Karena penasaran, akhirnya tim sempat pergi sebentar ke Desa Seluas untuk mengecek dan benar saja. Sinyal memang masuk, hanya saja tidak bisa mengakses internet. Hanya untuk SMS bisa.

“Kalau di sini mah memang begitu Mas. Bicara soal pemerataan ini dan itu. Tapi sinyal saja di sini masih sulit. Bagaimana mau berkembang,” tutup Ali. (Dompet Dhuafa/Fajar)