Beastudi Etos Dompet Dhuafa Wujudkan Mimpi Anak Nelayan Masuk Kuliah

Muhammad Nurusshobah (18) penerima manfaat Beastudi Etos Dompet Dhuafa

“Kesempatan itu nggak datang dua kali, jadi pergunakanlah kesemapatan itu dengan sebaik-baiknya,” ucap Muhammad Nurusshobah, penerima manfaat Beastudi Etos Dompet Dhuafa, seraya menirukan pesan sang guru, ketika ia hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana.

Mungkin mimpi rasanya bagi pemuda berusia 18 tahun ini untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Hidup dalam keterbatasan ekonomi, menjadi penghambat utama dirinya untuk mewujudkan impiannya masuk universitas negeri terkemuka. Sang ayah hanya berprofesi sebagai nelayan, kini tak lagi mampu melaut  akibat stroke yang mendera sejak dua tahun terakhir. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, ia dibantu kakak iparnya yang bekerja sebagai karyawan swasta.

“Nggak tega lihat bapak sakit-sakitan seperti itu. Saya ingin bangkit dari kerterpurukan ini dan dapat melanjutkan pendidikan saya,” terang pemuda kelahiran Tulungagung, 17 Maret 1996 ini.

Awalnya Shobah, demikian sapaan akrabnya sehari-hari, sempat ragu untuk meneruskan pendidikan. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan, ia seolah harus mengubur mimpinya dalam-dalam untuk masuk universitas impiannya. Namun, dengan niat dan tekad yang besar, ia kini siap melangkah melanjutkan pendidikan.

“Saya berfikir, satu-satunya jalan agar saya bisa melanjutkan pendidikan melalui beasiswa,” ujar pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur ini.

Berbagai upaya dilakukannya untuk dapat mendaftar beasiswa, mulai dari bertanya dengan pihak sekolah, teman, hingga informasi lewat internet. Beruntung, saat itu sahabat karibnya memberitahukan informasi terkait Beastudi Etos, yang merupakan program beasiswa milik Dompet Dhuafa. Setelah mendengar informasi terkait beasiwa tersebut, akhirnya Shobah pun mencoba mendaftar dan mengikuti berbagai proses seleksi seperti, berkas administrasi, Home Visit, Medical Check-Up dan Psikotes, serta seleksi penentuan akhir.

Alhamdulillah, tak sia-sia usaha yang dilakukan pemuda yang hobi membaca buku dan memancing ini. Usaha sungguh-sungguh dan doa yang setiap hari dipanjatkannya telah menghantarkan Shobah lolos dan bergabung dengan keluarga besar Beastudi Etos Dompet Dhuafa dan berhasil menempuh pendidikan di jurusan Teknik Informatika, Universitas Brawijaya.

Shobah bercerita, sang ayah yang kini lumpuh akibat menderita stroke hanya mampu menangis bahagia, mendengar sang anak berhasil melanjutkan pendidikan melalui jalur beasiswa. Melihat air mata sang ayah yang mengalir deras, Shobah pun merasa bahwa sang ayah ikut bangga atas jerih payah yang dilakukannya dalam melanjutkan pendidikan.

“Saya semangat ikut beasiswa Dompet Dhuafa juga karena bapak yang sudah kerja keras banting tulang membiayai kehidupan kami,” terangnya. 

Kini, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan telah terwujud. Namun, segudang mimpi masih menari-nari dipikirannya. Dengan semangat dan kegigihan yang dimilikinya, Shobah bercita-cita ingin menjadi wirausaha sukses dalam bidang komputer, seperti servis komputer dan instalansi jaringan.

“Membahagiakan orangtua itu nggak hanya sekali dalam seumur hidup, kalo bisa selama kita hidup harus membahagiakan keduanya,” tutupnya. (Uyang)