Cerita Relawan Lokal : Nestapa Di Tanah Banjarnegara..

foto evakuasi jenazah

Cerita Relawan Lokal : Nestapa Di Tanah Banjarnegara..

Kesaksian ini kudapatkan dari salah seorang relawan lokal bernama Rudi Rusmanto, yang juga merupakan Koordinator Lapangan  Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Jawa Tengah. Menginjakkan kaki di wilayah yang terkena bencana, sudah menjadi hal biasa bagi pria yang sudah berkecimpung dalam dunia kerelawanan sejak 1995 ini. Banyak cerita dari masing-masing lokasi bencana yang pernah ditelusurinya, baik suka maupun duka.

“Saya sudah lama bersinergi dengan teman-teman Dompet Dhuafa diberbagai lokasi bencana seperti, bencana Merapi, gempa Jogja, Banjir Purworejo dan Pantura,” ujarnya saat dihubungi via telepon pada Ahad (14/12).

Namun, suasana berbeda nampak dirasakan Rudi  ketika  menginjakkan kaki bersama ratusan relawan lainnya termasuk juga Dompet Dhuafa di tanah Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Sabtu pagi (13/12) lalu. Rintihan tangis dan cucuran air mata para keluarga korban begitu memecah suasana, membuat ia bersama ratusan relawan lainnya semakin berjibaku untuk segera menemukan jasad para korban longsor di dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Saya bersama teman-teman Dompet Dhuafa dan warga di sini selalu menargetkan, paling tidak ada 10 jenazah dalam sehari yang bisa kita evakuasi,” ungkapnya.

Dengan menggunakan peralatan seadanya seperti sekop dan pacul serta medan yang sangat sulit, evakuasi dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Namun, betapa tercengangnya ia saat melakukan evakuasi di hari pertama. Jenazah yang berhasil ia temukan bersama ratusan relawan lainnya tidaklah sesuai dengan pemetaan evakuasi yang telah digambarkan sebelumnya.

“Pertama kali saya temukan jenazah di dekat jalan raya yang sudah tertimpa material longsor. Di situ banyak tertimbun bukan jenazah saja, termasuk ada kendaraan,” paparnya.

Belum lagi, lebih lanjut ia menceritakan, banyak warga yang berbondong-bondong  dari desa lain sering berdatangan ke lokasi bencana hanya untuk sekedar menyaksikan proses evakuasi. Bagi Rudi dan tim relawan lainnya ini sangat menyulitkan dan menghambat proses evakuasi.

“Seolah-olah jadi tempat ‘wisata’. Mereka malah foto-foto , malahan ada yang bawa anak kecil. Inikan sangat berbahaya juga sebetulnya buat mereka,” ucapnya.

Mengalami hal yang tak terduga tersebut, membuat Rudi  bersama ratusan relawan menyadari, bahwa kerja sama yang solid sangat dibutuhkan, demi kelancaran menyelesaikan tugas mulia ini.

Selain membantu evakuasi, Rudi bersama seluruh relawan lokal Jawa Tengah juga sangat mendukung program-program yang dijalankan Dompet Dhuafa untuk membantu 300 warga yang ditangani di 10 titik posko pengungsian seperti, Aksi Layanan Sehat (ALS), Sekolah Ceria, Pembangunan MCK ‘darurat’, dan lain sebagainya.

“Saya sangat support dengan program-program Dompet Dhuafa, insya Allah selama seminggu ke depan saya akan terlibat dan membantu di posko-posko pengungsian,” pungkasnya. (uyang)