Wahai Guru, Nasibmu Tak ?Semanis? Gulali yang Kau Jual

Indra Setiawan (23) guru di SDN Banyuasih 3 Pandeglang Banten, yang juga berprofesi sebagai penjual gulali

Nasibnya memang tak semanis gulali yang dijajakannya kepada anak-anak. Namun, hal tersebut lantas tak membuatnya menjadi berkecil hati. Hal itulah yang kini dirasakan Indra Setiawan (23), warga Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Sejak duduk di bangku SMP ia melakoni usaha gulali ini.

Meski kini ia telah berprofesi menjadi guru, usaha yang digelutinya sejak remaja ini tak pernah ia tinggalkan begitu saja. Saat menuju Sekolah SDN Banyuasih 3 tempat ia mengajar, tak pernah terbayangkan olehnya rasa malu, ketika ia menjinjing alat gulali. Pantang baginya untuk merasa dikasihani orang lain.

“Buat apa ngerasa malu. Saya kan cari uang buat hidup. Lagian siswa-siswa saya saat di sekolah malah minta saya buat terus jualan gulali ini, soalnya mereka suka banget sama gulali,” ujarnya tersenyum

Selagi mengajar di sekolah, biasanya Indra, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini, menjajakan gulali pada saat jam istirahat. Sekitar 10 hingga 20 orang siswanya langsung berkerumun ketika ia mulai menyalakan mesin gulali. Dengan kelihaian tangannya, ia mampu memproduksi sebuah gulali dengan bentuk bulatan yang sempurna.

“Keahlian membuat gulali ini sebenarnya saya peroleh secara otodidak aja. Pernah sekali saya liat sama orang yang bisa. Saya beli alat pembuat gulali ini di Bandung,” paparnya.

Pundi-pundi rupiah yang dihasilkan Indra setiap harinya memanglah tak seberapa. Namun, ia selalu bersyukur dengan rezeki yang diberikan Tuhan untuknya. Dalam menjajakan gulali di sekolah, 1 buah gulali ia memasang harga Rp 500. Namun, bila sudah berkeliling dari kampung ke kampung lainnya ia memasang harga Rp 1.000. Melihat harga yang dipasangnya, rasanya nyaris tak mungkin ia mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya.

“Saya mah nggak mikir untung. Yang penting bisa buat anak-anak senang terus juga laku buat saya udah alhamdulillah banget,” ujarnya lirih.

Kini, Indra hanya mengharapkan suatu saat ada perubahan nasib yang terjadi pada dirinya. Saat ini, ia akan terus mengabdi menjadi tenaga pengajar di sekolah, tak lupa juga untuk terus menekuni usaha gulali. Ia sangat berharap, suatu saat kelak dari hasil jerih payahnya itu, ia mampu memberangkatkan kedua orangtuanya untuk berangkat ke tanah suci.

“Insya Allah, mudah-mudahan niat saya bisa segera terlaksana. Mungkin agak lama, yaa tapi saya yakin Allah pasti kabulkan harapan saya,” pungkasnya tersenyum. (Uyang)