Cerita Relawan Dompet Dhuafa: Tunaikan Amanah Kurban di Somalia

Di antara semua perjalanan misi kemanusiaan Dompet Dhuafa, Somalia adalah perjalanan yang paling berkesan. Bencana kemanusiaan yang dahsyat terjadi di wilayah tersebut. Somalia menjadi salah satu negara yang dilirik oleh Dompet Dhuafa untuk menerima bantuan masyarakat Indonesia berupa daging kurban, karena kondisi mereka begitu sangat menyedihkan.

Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa di Somalia saat itu dilaksanakan pada November awal tahun  2011. Itu merupakan perjalanan kedua saya ke sana, setahun sebelumnya juga bertugas menjalani program kemanusiaan.

Karena kondisinya, maka kurban disebar di Somalia. Lokasinya di Kamp Pengungsi wilayah Dadaab, merupakan propinsi perbatasan negara Somalia dengan Kenya (Afrika Timur). Lantas, mengapa Dompet Dhuafa memilih Somalia sebagai wilayah distribusi hewan kurban masyarakat Indonesia?

Somalia adalah negara Islam yang mengalami krisis akibat konflik bersenjata antar klan (kelompok). Rakyat jadi korban kepentingan klan-klan. Penjarahan, perkosaan, dan pembunuhan adalah penderitaan rakyat akibat rebutan sumber daya antar klan, terjadi setiap hari.

Lalu, apa langkah yang dilakukan pemerintah setempat? Pemerintah seolah tidak mampu mengontrol situasi keamanan negara. Pemerintah kalah kuat dengan klan. Lemahnya pemerintahan setempat membuat perang masuk ke kota-kota utama. Sasarannya adalah semua gedung kantor dan perumahan. Rumah-rumah penuh jejak peluru besar dan kecil.

Agar selamat, masyarakat memilih mengungsi dengan masyarakat lainnya. Maka jadilah Kota Somalia sebagai kamp terbesar di dunia. Masyarakat yang tidak mampu bertahan di kota, keluar mengungsi ke wilayah pelosok. Sebagian terdampar di Daadab. Savana kering dan liar.

Sebanyak 600 ribu orang menghuni wilayah Daadab. Namun kenyataan pahit harus dirasakan mereka, menjalani kehidupan tanpa sumber daya air, listrik, makanan dan kesehatan.

Dengan keterbatasan yang ada, mereka bertahan hidup membuat tenda. Langit Abu dan Tanah Merah menjadi rumah mereka. Ada UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) yang mengelola pengungsi di sana. Tapi arus pengungsi yang terus mengalir membuat sumber daya menjadi langka.

Penyakit menular menjadi pembunuh baru mereka setelah selamat dari konflik. Disentri dan Malaria meraja di sana. Rasion kematian per hari 1:10 ribu orang. Setiap hari 60 kuburan baru mudah dijumpai. Yang mampu bertahan hanya masalah waktu.

Makanan dan Obat-obatan adalah harapan yang membuat mereka bertahan hidup setiap hari. Meski tipis mereka berjuang untuk itu. Harapan itu kadang datang ke tempat mereka, kadang harus di jemput jauh di jalan-jalan gurun.

Itulah alasan mengapa Dompet Dhuafa memilih berbagi kebaikan dgn mereka lewah hewan Kurban. Bahkan berbagi kehidupan. Dengan pertimbangan praktis, mendisitribusikan kurban kerjasama dgn NGO regional Afrika, Zamzam Fondation.

Kurban, di seleksi di lapangan sebelum ditetapkan. Seratus Ekor kambing kurban di giring keluar dari pengungsian. Menghindari konflik rebutan. Secara kultural, Kurban di Somalia sama dengan di Indonesia. Tim Shalat Id di awal pagi kemudian dilanjutkan pemotongan.

Masyarakat Somalia adalah masyarakat Afrika yang hidup di tengah alam liar. Mereka terampil bertahan hidup dan gunakan senjata tajam. Maka pemotongan 100 ekor kambing selesai kurang dari satu jam oleh sekitar 10 orang panita pemotong. Panitia dibentuk oleh otorisasi kamp pengungsian. Ini sudah menjadi hukum baru yang ditaati oleh semua pihak termasuk tim.

Pelaksanaan pemotongan kurban tetap sesuai dengan aturan, pekurban ditetapkan per masing-masing hewan. Sebentar saja hewan-hewan kurban selesai di sembelih.

Terakhir memastikan semua Pekurban  telah tertunaikan pemotongan hewannya. Selanjutnya hewan kurban dari diangkut ke pengungsian, digabung dengan yang lain sebelum didistribusikan. Di pengungsian masyarakat menunggu dalam antrian. Petugas menyatukan seluruh jenis daging kurban.

Maka selanjutnya menjadi tugas ‘panitia’ lokal untuk pengawalan distribusinya. Tim mendokumentasikan. Setiap orang mendapatkan bagiannya sesuai kebutuhan mereka. Biasanya dihitung jumlah tanggungan.

Demikianlah makna Kurban bagi bukan sekedar berbagi daging hewan. Melainkan berbagi kebahagiaan, bahkan kehidupan. Tidak banyak yang bisa kita perbuat untuk sesama. Maka mari pastikan amalan sederhana kita mendapatkan makna utamanya. Di belahan bumi lain, mereka menanti kita, akankah ada masa depan untuknya. (Dompet Dhuafa/Bambang Suherman)

                                                                                                                

Editor: Uyang