Ada Sekolah di Pedalaman Pandeglang: Atas Bocor Air, Kiri Bocor Angin, Kanan Bocor Suara (Bagian Tiga)

PANDEGLANG, BANTEN — Ketulusan dan kegigihan para guru menjadi salah satu kunci pemantik semangat siswa-siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta Bina Ihsani Kamancing untuk terus belajar. Selain beberapa kali menjuarai perlombaan, sekolah yang hampir roboh ini ternyata mengantongi akreditasi C, nilai kareditasi yang tinggi rasanya jika melihat kondisi sekolah yang memprihatinkan. Perolehan akreditasi tersebut didapat pada tahun 2018, setahun setelah Pak Saripuddin diamanahkan menjadi Kepala Sekolah ini.

Guna menunjang aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), beberapa kegiatan ekstrakurikuler pun juga tetap diadakan meskipun banyak keterbatasan. Ada setidaknya 2 (dua) kegiatan ekstra yang secara rutin dilaksanakan setiap minggunya. Yaitu pramuka yang diadakan setiap hari Jumat dan qoshidah yang diadakan pada tiap Rabu sore hingga malam. Selain itu ada kegiatan sepak bola yang pada hari Senin diadakan, namun hanya sebatas sebagai ajang hiburan bagi para siswa dengan guru.

Ada 6 (enam) guru yang kini sedang mendedikasikan dirinya untuk 53 siswa di sekolah ini. Kesemuanya merupakan guru honorer. Mereka semua memang sangat layak dianugerahi sebagai pahlawan tak bertanda jasa. Bukan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu saja demi keberhasilan pendidikan di Kampung Kamancing, melainkan juga biaya. Yang tak disangka, kelengkapan-kelengkapan sekolah di sini adalah hasil dari usaha para guru sendiri. Beberapa item penunjang dibelinya dengan uang hasil tani dan buruh kuli.

“Terkadang kami bawa beberapa peralatan penunjang dari teman-teman guru di kecamatan, kadang juga kami menyediakannya sendiri pakai uang masing-masing guru,” ucap Pak Saripuddin mengamini hal ini, Jumat (14/1/2022).

Baca Juga: https://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Ada-Sekolah-di-Pedalaman-Pandeglang–Atas-Bocor-Air–Kiri-Bocor-Angin–Kanan-Bocor-Suara–Bagian-Dua 

Menurut Pak Saripuddin, perjuangan guru-guru untuk pendidikan di sini sangat lah luar biasa. Selain tidak mengharapkan honor, untuk menuju sekolah saja membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Ada yang harus satu jam berjalan kaki, juga ada yang harus mengeluarkan kebutuhan bensin hingga 20.000 per hari. (Dompet Dhuafa / Muthohar)