JAKARTA — Siapa yang tak mengenal sosok legenda Betawi bernama Jampang. Legenda asal Jakarta ini merupakan tokoh yang dikenal bukan hanya karena keahlian bela dirinya, tetapi juga semangat tak pernah padam dalam menumpas kejahatan dan ketidak adilan.
Berbeda halnya dengan Jampang sang tokoh Betawi yang melegenda tersebut. Seorag lelaki paruh baya bernama Abdul Wahab (42), yang oleh teman dan tetangga sekitar dijuluki sebagai Bang Jampang. Entah dari mana asal mula penyematan nama itu, ia hanya menduga jika tampangnya yang terlihat galak menjadi salah satu alasan disandingkan dengan legenda tersebut. “Katanya sih tampang saya agak sangar dan kalo ngomong lumayan keras,” ujar Jampang.
Semangat dan sifat pantang menyerah sangat lekat dengan perangai dan sikap yang ditampilkan oleh bapak tiga anak ini. Jampang merupakan seorang penyandang tuna daksa. Sehari-hari ia bekerja serabutan sebagai kurir antar barang. Ia memiliki tiga anak yang masih sekolah, dan merekalah yang membuat Jampang semangat dalam mengarungi kehidupan ini.
Sebelum seperti sekarang, Jampang memiliki anggota tubuh yang utuh. Namun saat ia bekerja sebagai buruh, ia mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kaki kanannya diamputasi. Kaki kanannya terlindas traktor saat terjatuh di Pabrik tempatnya bekerja. Ternyata amputasi kaki tak menyurutkan semangat kerja Jampang. Terlebih ia menyadari bahwa ia memiliki keluarga yang harus dinafkahi.
“Sempat ada perasaan gak terima waktu tahu diamputasi. Tapi yang namanya manusia, kita harus pasrah. Terpenting juga, kita harus yakin bahwa rezeki sudah diatur sama Yang Kuasa,” ucap Jampang, kepada Tim LPM Dompet Dhuafa saat menyambagi rumahnya di Kampung Baru Klender, Jatinegara, Jakarta Timur.
Jampang sadar sepenuhnya atas keterbatasan yang kini ia miliki. Oleh karena itu, Jampang berinisiatif untuk membuat kaki palsu sendiri dari bambu. Sayang, kaki palsu hasil buah tangannya sendiri malah membuat ia kesakitan saat berjalan. Akhirnya dengan uang hasil patungan dengan keluarga, Jampang dapat memiliki kaki palsu sendiri. Kaki palsu yang dimilikinya saat ini harus diperbaharui setiap satu tahun sekali.
Kini, kaki palsunya sudah tiga tahun lebih menemani setiap aktifitas Jampang. Sudah tampak beberapa kerusakan di kaki palsu Jampang. Ia membutuhkan kaki palsu guna memperlancar aktifitasnya dalam mencari nafkah dan menyekolahkan anak-anak.
Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, melalui program “Disabilitas Mandiri” berikhtiar membantu Jampang untuk memiliki kaki palsu yang saat ini sudah mulai rusak dan tak layak pakai. LPM membantu Jampang dengan membelikan kaki palsu. Mudah-mudahan dapat membantu aktivitas Jampang dalam melakukan kegiatannya sebagai kurir antar barang.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur atas bantuan ini. Dengan bantuan ini saya dapat beraktivitas lebih maksimal demi kebutuhan keluarga. Saya sangat berterimakasih kepada donatur Dompet Dhuafa. Mudah-mudahan Allah memberikah keberkahan dalam harta dan kesuksesan dunia, serta akhirat,” tutur Jampang dengan bahagia. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)