Adab di Atas Ilmu, Hubungan Adab dan Ilmu dalam Islam

Adab di atas ilmu adalah kalimat yang tidak asing di telinga umat muslim. Hal ini juga telah menjadi tradisi yang dipegang erat dalam keilmuan Islam. Adab dan ilmu adalah dua entitas yang tak terpisahkan. Ilmu tanpa adab bagaikan pedang di tangan orang tak terlatih, yang mana akan melukai diri sendiri. Sementara adab tanpa ilmu bagaikan bangunan megah tanpa pondasi, rapuh dan mudah ambruk.

Sahabat, untuk itu, kita perlu mengetahui lebih dalam tentang hubungan adab dan ilmu dalam Islam. Serta, mengungkap betapa pentingnya menjalankan adab dan ilmu secara bersamaan agar kita menjadi muslim yang kafah.

Adab di Atas Ilmu, Apa Maksudnya?

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanla, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujadalah: 11)

Melalui ayat di atas, Allah Swt menjelaskan secara tersirat tentang betapa pentingnya umat muslim menaruh adab di atas ilmu atau dalam kata lain menerapkan adab terlebih dahulu baru ilmu. Seseorang perlu mematuhi ketentuan atau aturan yang berlaku dalam suatu tempat atau kondisi sebagai bentuk adab atau akhlak baik.

Ayat di atas mencontohkan ketentuan dalam sebuah majelis. Apabila seseorang menghadiri majelis, hendaknya mereka mengikuti aturan yang berlaku dalam majelis tersebut. Aturan tersebut tersirat dalam ayat ini, yakni orang-orang yang menghadiri majelis, baik yang datang tepat waktu atau yang terlambat, wajib selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan, dan saling bertenggang rasa. Bagi yang telah lebih dulu datang, hendaknya ia memenuhi tempat paling muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Sementara, bagi orang yang terlambat, hendaknya ia rela dengan kondisi yang ada, misalnya tidak mendapat tempat duduk.

Baca juga: Etika dan Adab Sedekah, Tak Ditunaikan Potensi Pahala Hilang

Peristiwa itulah yang dimaksud oleh sabda Nabi Saw: “Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang.” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar)

Di akhir ayat, Allah menegaskan bahwa Dia akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat, dan patuh kepada-Nya, serta berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram di masyarakat yang merupakan bagian dari adab. Baru kemudian, Dia menyebutkan orang-orang yang berilmu. Mereka yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah, maka Allah akan angkat derajatnya.

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beradab, baru kemudian berilmu. Dengan catatan, ilmunya itu diamalkan sesuai dengan perintah Allah Swt dan Rasul.

Ilustrasi pentingnya adab di atas ilmu.

 

Hubungan Adab dan Ilmu dalam Islam

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”
(QS. Al-Baqarah: 30)

Sejak awal, tujuan Allah Swt menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Tak heran bila kemudian Allah memberi kelebihan pada manusia berupa akal, sehingga manusia bisa berpikir dan mempelajari ilmu. Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim, dan mereka yang berilmu diberi banyak keutamaan oleh Allah.

Namun demikian, Islam juga mengajarkan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Dalam memperoleh suatu ilmu, seorang pelajar atau ilmuan juga harus menyelaraskan antara ilmu yang ia miliki dengan adab. Mengapa? Agar ilmu yang diperoleh tidak membuatnya menjadi orang yang sombong, takabur, dan ujub atas apa yang telah dicapai dan dimiliki.

Baca juga: Adab-Adab Bermasyarakat Menurut Islam yang Sering Kali Terlupakan

Dalam hal ini, fungsi adab bagi orang yang berilmu adalah sebagai batas-batas atau pagar dalam mengamalkan ilmunya dalam keseharian. Sekaligus, sebagai penuntun menuju hakikat dan keberkahan ilmu yang ia miliki. Adab sangat penting bagi seorang muslim, bahkan Imam Syafi’i pernah berkata: “Belajar satu bab adab lebih baik daripada belajar 70 bab ilmu”.

Adab di atas ilmu, kedudukan adab yang lebih tinggi daripada ilmu dalam Islam tercermin dalam banyak riwayat dan nasihat para ulama. Imam al-Ghazali misalnya, ia banyak menekankan pentingnya adab dalam kitab Ihya Ulumuddin. Ia juga menjelaskan bahwa ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar, tak ada manfaatnya.

Dalam perspektif Islam, adab merupakan aktualisasi dari ilmu yang dimiliki seseorang. Karena, adab dan ilmu saling berhubungan. Orang berilmu tidak akan dianggap berilmu apabila mereka belum memiliki adab atau akhlak yang baik. Sahabat, demikianlah pembahasan maksud dari adab di atas ilmu. Semoga Allah selalu merahmati kita dan memudahkan kita untuk memiliki akhlak yang baik. Aamiinn… *RQA