Setiap umat muslim wajib memahami bahwa sedekah adalah amalan yang mulia. Karena ibadah ini tak hanya mendekatkan kita kepada Allah tetapi juga mempererat hubungan kita dengan sesama manusia. Agar sedekah yang kita tunaikan membawa keberkahan, ada adab sedekah yang perlu diperhatikan agar pahalanya menjadi sempurna. Apa saja adab-adab itu?
Adab Sedekah
Al-Qur’an telah menurunkan ayat-ayat yang memaparkan tentang adab sedekah dengan cara yang baik dan benar.
1. Memberi Harta yang Baik
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya…” (QS. al-Baqarah: 267)
Berdasarkan ayat di atas, Allah Swt memerintahkan umat-Nya untuk menafkahkan harta yang paling baik, seperti emas dan perak, barang dagangan dan binatang ternak, serta hasil bumi (biji-bijian, buah-buahan, dan sebagainya). Maka jangan pernah Sahabat memilih-milih barang yang jelek atau yang buruk untuk sedekah.
Dalam ayat lain, Allah Swt juga menegaskan adab sedekah dengan harta yang baik.
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai…” (QS. Ali-Imran: 92)
Satu riwayat menjelaskan kisah di balik turunnya ayat ini, yakni saat sebagian kaum muslim menginfakkan sedekah yang terdiri dari kurma kasar (jelek). Ada pula riwayat lain yang menjelaskan bahwa ada seorang lelaki yang sengaja memilih kurmanya dengan memisahkan kurma yang berkualitas baik pada suatu tempat. Lalu saat ada orang yang meminta zakat kepadanya, ia memberi orang tersebut kurma-kurma yang paling jelek.
Maka dengan asbabun nuzul yang demikian, terdapat larangan mengkhususkan barang sedekah/zakat dengan barang-barang yang tidak baik.
Baca juga: Ini 6 Sedekah Terbaik yang Dicintai Rasulullah Juga Allah Swt
2. Tidak Menyakiti Perasaan Orang yang Menerima Sedekah
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 262)
Ayat di atas menjelaskan bahwa di antara adab sedekah adalah tidak mengiringi harta yang dikeluarkan dengan menyebut-nyebut atau mengungkit-ungkit pemberiannya. Serta, tidak bersikap merasa lebih tinggi derajatnya dari orang yang diberi sedekah.
Apabila seseorang melakukan etika sedekah tersebut, maka mereka akan mendapat pahala sempurna yang tidak dapat diperkirakan jumlahnya. Mereka juga akan dijauhkan dari kekhawatiran dan perasaan sedih dalam hati.
“Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.” (QS. Ad-Duha: 10)
Selain Al-Baqarah: 262, pada surah Ad-Duha di atas Allah Swt juga menegaskan bahwa kita tidak boleh menghardik orang-orang yang meminta belas kasihan kepada kita.
Alih-alih menghardik, berilah ia sebagian harta yang kita miliki atau tolak dengan cara yang baik dan halus. Sebab, orang yang meminta belas kasihan tersebut tidak sanggup menghadapi suatu masalah sendirian.
Ayat tersebut juga mengajarkan kita agar mewujudkan rasa kasih sayang dan tolong menolong kepada sesama, mengasihi orang yang lemah, dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
3. Tidak Riya/Sombong/Tinggi Hati
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa’: 38)
Ayat di atas menerangkan bahwa keburukan manusia yang tidak disenangi Allah selain sifat kikir, adalah riya, terlebih saat menyedekahkan hartanya. Tujuan mereka bersedekah yakni ingin dipuji dan dilihat oleh orang-orang bahwa dia adalah orang yang dermawan. Maka, tidak riya, sombong, atau tinggi hati saat memberikan harta kepada orang yang membutuhkan adalah bagian dari adab sedekah.
4. Tidak Berlebihan juga Tidak Kikir
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra’ ayat 26)
Melalui kedua ayat di atas, Allah Swt memerintahkan hamba-Nya untuk menginfakkan harta dalam ukuran yang tidak berlebihan, juga tidak melebihi batas kemampuan.
Di sisi lain, manusia juga dilarang kikir atau mengurangi harta sedekah yang akan menjadi hak orang lain. Akan tetapi tunaikanlah sedekah itu dengan cara adil dan sesuai dengan kebutuhan.
Allah juga memerintahkan agar memberikan infak kepada kerabat, orang miskin, dan musafir yang hendak kembali ke tempat tinggalnya.
Lebih jauh, Allah juga melarang hambanya bersikap boros atau berlebih-lebihan dalam segala hal, baik itu untuk perbuatan baik maupun buruk, juga soal makanan maupun sedekah. Berilah nafkah itu sesuai dengan yang diperintahkan dan bukan untuk keperluan maksiat.
Manusia juga wajib berinfak untuk dirinya sendiri, keluarganya, kerabat, dan anak-anaknya. Bahkan, apabila ia tidak mempunyai keturunan, tetap dianjurkan untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk kebutuhan di masa depan agar tidak menjadi beban orang lain di masa tua.
Baca juga: Sederet Manfaat Wakaf untuk Wakif, Sedekah Jariyah Tak Berujung
5. Tidak Menunda-nunda
Adab sedekah yang terakhir adalah tidak menunda-nunda. Dalam kata lain, menyegerakan untuk sedekah. Hal ini diterangkan secara tersirat dalam Al-Qur’an:
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Ayat di atas memperingatkan kita agar tidak lalai mengingat Allah dan menunaikan kewajiban terhadap-Nya. Seperti salat, membaca Al-Qur’an, berzikir, hingga menunaikan zakat dan sedekah.
Allah juga menegaskan bahwa mereka yang sibuk dengan dunia termasuk orang-orang yang rugi dengan kerugian yang sempurna. Mereka rugi karena telah menjual sesuatu yang kekal (kebaikan akhirat) dan ditukar dengan sesuatu yang fana.
Di sisi lain, Allah memerintahkan orang mukmin untuk menginfakkan sebagian hartanya di jalan kebaikan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah, sekaligus mengasihi fakir miskin dan memelihara kemaslahatan umat sebelum datang tanda-tanda kematian.
Secara tersirat, ayat ini memperingatkan manusia untuk segera menunaikan sedekah sebelum ajal menjemput. Karena, ajal tidak ada yang tahu kapan datangnya. Apabila kita sudah terlewat, maka tak akan ada kesempatan untuk kembali.
Sahabat, demikianlah lima adab sedekah yang perlu diperhatikan untuk menyempurnakan pahala. Jangan sampai ibadah sedekah kita menjadi bumerang, karena kita lalai dengan adab-adabnya.