JAKARTA– Mendengar kata ‘gangguan kejiwaan’ mungkin ada beberapa orang yang bergidik mendengarnya. Orang dengan penyakit ini diidentikkan dengan orang yang tidak bisa berada di tengah-tengah masyarakat. Walau bagaimanapun, penderita gangguan jiwa tetap mempunyai hak hidup dan tentu saja upaya untuk sembuh. Adalah tugas kita sebagai orang ‘normal’ yang patut memerhatikannya.
Adalah Ahmad Rifa’i (28) yang perhatian kepada orang dengan sakit jiwa ini. Sejak bergabung dengan LPM (Lembaga Pelayan Masyarakat) Dompet Dhuafa hampir dua tahun lalu, Rifa’i sering memberi makan kepada penderita gangguan jiwa.
“Hampir setiap saya melakukan survey mustahik, tak jarang saya melihat para psikiatri yang ada di jalanan. Saya kasih makan dan saya ajarin cara makan dan cuci tangan yang baik,” ujar Rifa’i beberapa waktu lalu.
Ahmad yang kini menjadi Koordinator Pejuang Masyarakat LPM Dompet Dhuafa pun tak jarang turun ke lapangan untuk melakukan survey mustahik dan membagikan makan psikiatri yang ada di jalanan. Ia tak pernah mengeluh meski dalam keadaan serumit apapun.
Pengalaman tidak mengenakkan pun kerap dirasakan oleh ayah dari Aufar Al-Faruq ini, dari mulai diacuhkan hingga melihat kondisi fisik penderita sakit jiwa yang ditemui.
“Sering banget saya di-cuekin, ditinggalin gitu aja sampai ada yang buang hajat di depan saya,” kenangnya.
Ia dan tim pun belajar dari pengalaman. Rifa’i dan tim menemukan solusi dengan membagikan makanan kepada para penderita gangguan jiwa yang sedang istirahat agar makanan dapat diterima dengan baik. Berbeda dengan penderita gangguan jiwa di jalanan, hampir setiap makanan yang diberikan diacuhkan, bahkan sampai dibuang.
“Mudah-mudahan masyarakat umum pun dapat lebih peduli lagi kepada para penderita gangguan jiwa dan kondisi mereka. Jika mereka tak punya pakaian, dikasih pakaian. Jika melihat kondisinya lemas, diberi makan. Toh mereka juga kan manusia,” tutur Rifa’i menutup obrolan. (Dompet Dhuafa/Erni)