SUMEDANG, JAWA BARAT — Adalah Budi Septiono (33), seorang mantan teknisi yang telah menukar kunci inggrisnya dengan biji kopi. Ia mengubah jalan hidupnya dan ‘meracik’ inspirasi bagi orang lain. Perjalanannya merupakan bukti kekuatan semangat, ketekunan, potensi transformatif pendidikan serta keberkahan manfaat zakat.
Kehidupan Budi berubah drastis saat pandemi Covid-19 lalu. Ia terpaksa dirumahkan dari pekerjaan kontraknya di sebuah kawasan industri di Tangerang. Berbekal ketertarikan yang mendalam pada kopi, ia memutuskan untuk menyalurkan energinya pada hobinya tersebut. Bersama kawan-kawan senasib, Budi mulai bereksperimen dengan memanggang dan menyeduh kopi dari sebuah teras rumah, namun ia semakin penasaran akan lebih banyak pengetahuan dan keahlian.
“Mengenal kopi dari kecil, suka ikut cicipi kopi orang tua. Inspirasinya sebelum pandemi bermula dari mendapat job untuk repair mesin kopi dari klien yang merupakan perusahaan kopi yang cukup besar di Indonesia. Dari situ muncul ketertarikan, kalau saya bilang, minum kopi enak,” ungkap Budi, bertemu dengan tim Dompet Dhuafa di kedai kopinya, JC7 Cafe Jatinangor, Rabu (23/10/2024).
Dari situ Budi mulai belajar, membeli dan menyimpan ragam peralatan/mesin pembuat kopi sederhana untuk menikmati kopi di rumah.
“Suatu waktu saya dan teman-teman sedang ngopi di teras rumah, tiba-tiba ada orang datang dan pesan kopi ke saya. Mungkin karena sekilas tampilan peralatan kopinya seperti kedai. Wah, ini bagi saya bingung sekaligus pemantik,” akunya lagi.
Masa-masa sulit pasca dirumahkan dihadapi. Budi berupaya dengan melamar pekerjaan ke sana-sini, namun tak kunjung membuahkan hasil. Lalu ia berupaya survive dengan berjualan roasted bean dan mencoba memasok ke beberapa kedai kopi.
“Dirumahkan cukup lama, hampir tiga tahun. Tapi saya harus survive, jadi banyak belajar dan diskusi bareng kawan-kawan yang sudah bergelut di bidang kopi. Saya coba jual roasted bean dan supply ke kedai kopi di Bandung, dapat sampai dua kilogram per pekan,” jelasnya.
Berupaya meningkatkan keterampilannya, Budi mengikuti program pelatihan barista di Institut Kemandirian (IK) Dompet Dhuafa. Bersama fasilitator seorang Syaiful Bari, pelatihan intensif selama enam hari tersebut tidak hanya mengasah keterampilan teknisnya, tetapi juga menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam dirinya.
“Pelatihan ini mengubah segalanya,” kenang Budi. “Pelatihan ini bukan hanya tentang aspek teknis pembuatan kopi, pelatihan ini juga tentang pemahaman nuansa rasa, seni penyajian, dan pentingnya layanan pelanggan,” lanjutnya.
Berbekal pengetahuan dan keyakinan baru, Budi semakin percaya diri meluaskan aktivitas perkopiannya. Hingga ia pun bermitra dengan seorang teman-yang menyukai racikan kopi Budi, untuk membuka kedai kopi di Jatinangor. Lokasinya, yang dikelilingi oleh universitas, terbukti sangat cocok untuk target pasarnya. Kedai yang baru saja diluncurkan pada Oktober 2024 ini bagi Budi merupakan mimpi yang menjelma menjadi sebuah gerbang kenyataan untuk memasuki era baru dalam hidupnya.
“Melihat orang-orang menikmati kopi yang kami sajikan merupakan kepuasan tersendiri. Sampai kita bertemu dengan teman dan orang baik yang suka dengan kopi kita sehingga jadilah seperti ini (kedai kopi),” ungkap Budi. “Tempat ini bukan hanya sebatas untuk menikmati kopi, tapi berdiskusi juga wadah belajar bagi siapapun. Seperti halnya saya yang juga belajar dari banyak orang.”
“Nggak pernah terpikirkan sama sekali saya hari ini akan duduk disini sebagai seorang pelaku bisnis, karena basic saya memang seorang pegawai, teknisi,” ucap Budi.
Kisah perjalanan Budi merupakan bukti nyata dampak pengelolaan zakat produktif melalui program pendidikan dan pelatihan dalam memberdayakan individu serta perubahan masyarakat. Abdurrahman Usman selaku Direktur Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, menekankan komitmen Institut Kemandirian untuk menyediakan kesempatan bagi kelompok terpinggirkan. Kehadiran sekolah vokasi IK melalui pelatihan ini merupakan upaya IK untuk mendobrak pola pikir dari bertahan hidup dan fabrikasi, mental bisnis menjadi tanggung jawab, dampak, serta konsekuensi.
“Melalui program pelatihan IK, kami bertujuan untuk membekali individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk meraih kesuksesan,” kata Usman.
“Kisah Budi adalah contoh cemerlang tentang bagaimana pendidikan dapat memberdayakan orang untuk terbebas dari kemiskinan dan membangun masa depan yang lebih baik. Mencari instruktur bukan sekedar beri pengajaran dan tersertifikasi, namun juga punya dampak, menarik ke circle yang sama, kesamaan visi dan value (sosial & sustainable). Value tentang kebermanfaatan, ada di alumni kita termasuk mas Budi.”
Sebagai informasi, pada Oktober 2024 lalu, IK Dompet Dhuafa juga menerima apresiasi dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu anugerah Indonesia’s SDGs Action Awards 2024 “Terbaik Ketiga dalam Kategori Filantropi” untuk program Institut Kemandirian. Penghargaan tersebut diserahkan secara langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) K.H. Ma’ruf Amin dalam seremoni Pembukaan Konferensi Tahunan SDGs atau SDGs Annual Conference (SAC) ke-7 yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat.
Institut Kemandirian lahir dari isu kemiskinan dan pengangguran. Di sisi lain, angka putus sekolah kian tinggi dan menyebabkan orang-orang muda tak punya kegiatan positif. Sehingga, rentan terjerumus pada aktivitas kriminal yang dapat menimbulkan masalah sosial baru. Sejak berdirinya tahun 2005, Institut Kemandirian Dompet Dhuafa mulai bergerak dengan melakukan intervensi program berupa pengajaran dan pelatihan vokasional.
Tujuannya, agar para peserta yang mengikuti pelatihan memiliki modal berupa keterampilan dan mental yang siap untuk masuk dunia kerja dan industri, serta wirausaha. Dengan demikian, program ini dapat berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Sejak itu, Institut Kemandirian telah meluluskan 8.031 alumni penerima manfaat.
Sembari terus mengembangkan usahanya, Budi tetap bersyukur atas kesempatan yang datang padanya. Ia bercita-cita untuk memperluas jaringan kedai kopinya dan membagikan hasratnya kepada khalayak yang lebih luas. Perjalanannya dari seorang teknisi menjadi penikmat kopi menjadi inspirasi bagi semua orang, membuktikan bahwa dengan dedikasi dan dukungan yang tepat, siapa pun dapat meraih impiannya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Dhika Prabowo
Penyunting: Dedi Fadlil