Alumni SMA 70 Jakarta Donasi Alkes ke Dompet Dhuafa

Alumni SMA 70 Tahun 1984 saat melakukan Bakti Sosial di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa belum lama ini. (Foto: Dokumentasi LKC Dompet Dhuafa)

TANGERANG SELATAN—Alumni SMA 70 Tahun 1984 Bulungan Jakarta mendonasikan alat kesehatan (alkes) kepada Layanan kesehatan Cuma – Cuma (LKC) Dompet Dhuafa. Donasi berupa alkes blue light, laringoscope neonatus yaitu alat terapi penyakit kuning pada bayi serta infrant warmer dan beberapa alkes lainnya.

Donasi alkes senilai Rp 26 juta tersebut merupakan sebagai wujud bakti sosial alumni SMA 70 Tahun 1984 Bulungan Jakarta saat mengadakan acara reuni. Dalam rangkaian acara tersebut puluhan alumni tersebut juga memberikan santunan berupa seperangkat alat komputer kepada 24 santri Pondok Pesantren Nafidatun Najah di Pondok Sentul, RT 06 RW 10, Kel. Ciater, Kec. Serpong, Tangerang Selatan.

Koordinator Acara Reuni Adityo Sasikirono mengungkapkan, bahwa bakti sosial ini merupakan bentuk kepedulian alumni SMA 70 Bulungan angkatan tahun 1984 terhadap masyarakat yang kurang mampu.

”Kita ingin membuat sebuah kegiatan yang lebih bermanfaat untuk warga yang kurang beruntung,” kata Adityo saat sambutan acara temu kangen alumni SMA 70 Tahun 1984 Bulungan Jakarta yang digelar di Aula Gedung LKC Dompet Dhuafa Ciputat akhir November lalu.

Adityo mengatakan, reuni kali ini memiliki kesan yang lebih berbeda daripada kegiatan reuni yang sebelumnya. Ia berharap lebih memiliki makna bahagia. ”Kita dari SMA 70, terus ini reuni yang ke 30 maka kalau dijumlah 100, jadi kita makna angka 100 itu menjadi 100% Fun,” ungkap Adityo.

Selain itu, Adityo berharap, mewakili rekan-rekan alumni SMA 70 Bulungan seangkatannya, donasi peralatan kesehatan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh LKC Dompet Dhuafa bagi warga yang kurang mampu.

Perwakilan pimpinan LKC Dompet Dhuafa dr. Yuliantri Yandasmara mengungkapkan terima kasih terhadap donasi yang diberikan. ”Semoga alat-alat ini dapat bermanfaat serta mempermudah para dhuafa untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak,” ungkap perempuan berjilbab yang akarab disapa dr. Yanda ini.

Sementara itu Pimpinan Pondok Pesantren Nafidatun Najah, Ustadz Munawir (35) mengungkapkan, bahwa alat komputer yang diberikan saat ini akan digunakan sebagai media praktek para santri dalam mengasah kemampuan dan ketrampilannya.

”Alhamdulillah sekarang para santri kalau ngeprint gak usah keluar lagi, terus saya berharap santri terbiasa menggunakan komputer,” ungkap Ustadz Munawir yang menjadi imam dibeberapa masjid di Tengerang Selatan.(gm/mj/gie)