DEPOK — Sebanyak 50 anak yatim diundang oleh Dompet Dhuafa untuk berbelanja di LuLu Hypermarket, The Park Sawangan, Depok, pada Minggu (28/8/2022). Mereka mendapatkan voucher belanja gratis dengan nilai nominal tertentu. Di dampingi oleh kakak-kakak dari tim Dompet Dhuafa dan donatur, anak-anak dibebaskan memilih barang-barang yang disuka.
Senyum serta tawa mereka di setiap wajah anak. Hari itu merupakan hari penutup bulan anak yatim yaitu Muharram 1444. Salah satu senyuman yang begitu merekah terpancar dari bibir Anisa Nur Umaira (10), anak kelas 4 di salah satu sekolah di Jakarta Pusat. Raut juga tingkah gembira Anisa selalu terpancar bahkan sejak tiba di lokasi belanja. Ia tak segan-segan untuk membagi kegembiraannya bersama seseorang yang mendapinginya berbelanja.
“Sekarang, adik-adik silahkan mulai berbelanja sesukanya didampingi oleh kakak-kakak dari Dompet Dhuafa,” ucap Kordinator Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Fajar Firmansyah kepada anak-anak yatim dan para pendamping.
Masih tetap dengan raut gembira, Anisa langsung mengajak kakak pendampingnya menuju rak-rak peralatan sekolah. Hal yang terbesit dalam pikirannya sejak datang di LuLu Hypermarket adalah membeli pensil warna dan peralatan tulis lainnya. Usut punya usut, Anisa memang sangat suka menggambar. Di sekolahnya, ia kerap mengikuti perlombaan menggambar dan mendapatkan juara pertama.
Hobinya ini diperkuat oleh salah satu temannya yang mengatakan bahwa Anisa suka sekali menggambar. Sedangkan di kelas, ia sering mendapatkan rangking 2.
“Aku suka menggambar. Sering dapat juara menggambar di sekolah,” jawab Anisa saat ditanya oleh tim Dompet Dhuafa tentang alasannya membeli pensil warna.
Usai berhasil mendapat satu barang utama yang diincar, Anisa kembali mendorong keranjang belanjanya menuju area jajanan yang kemudian berakhir di kasir pembayaran. Dipilihnya banyak aneka jajanan. Dimasukkannya ke dalam keranjang belanja seraya bercerita bahwa ia tinggal di rumah berdua dengan sang kakek. Ibunya tinggal berbeda rumah dengan kedua abang dan satu adik perempuannya. Sedang ayahnya sudah pergi mendahuli sejak Anisa berumur 5 (lima) tahun.
Ia mengaku, belanjaan yang berupa jajan nanti saat pulang akan dibagikannya kepada kakek, ibu, dan saudara-saudaranya. “Aku tinggal kakek. Kalau ibu sama abang sama adik,” sebutnya gemas.
Jika hobinya adalah menggambar, berbeda cita-citanya. Anisa mengugkapkan kekagumannya terhadap para dokter yang banyak membantu mengobati orang-orang yang sakit. Sedangkan mata pelajaran yang paling ia sukai adalah matematika. Semoga Anisa dapat terus menekuni hobinya serta kelak menjadi seorang dokter yang bermanfaat bagi semua orang. (Dompet Dhuafa / Muthohar)