Banjir Datang, Penghasilan Buruh Cuci Ini Pun ?Menghilang?

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, rasanya perumpamaan tersebut yang kini tengah dirasakan Neti Herawati (36) salah satu warga Pesing Poglar, Cengkareng, Jakarta Barat. Pasalnya, hujan yang mengguyur sejak Senin (9/2), menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek dan kawasan tempat tinggalnya. Alhasil, kontrakan kecil yang biasa dihuni perempuan yang sudah menyandang status janda ini ikut terendam. Belum lagi, profesi sehari-hari yang dijalaninya sebagai buruh cuci keliling, otomatis lumpuh seketika.

“Udah 5 hari ini saya nggak nguli cuci. Ya, begini deh kalo musim banjir dateng. Penghasilan saya juga jadi ikut terhenti,” ujarnya saat dihubungi via telepon pada Kamis (12/2).

Sudah 5 hari pula, perempuan asli Betawi ini tinggal di posko pengungsian Dompet Dhuafa yang terletak tepat di bawah jembatan Flyover Jalan Pesing Poglar, Kedaung Kali Angke RW 05, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Bagi ibu beranak 3 ini, ia merasa sangat bersyukur dan terbantu dengan pelayanan yang diberikan oleh tim kemanusiaan Dompet Dhuafa.

“Alhamdulillah, saya sama warga-warga di pengungsian ini merasa terbantu banget. Bisa dapat bantuan pengobatan dan makan gratis. Udah gitu bisa dapet baju juga. Pokoknya saya senang deh,” ungkapnya tertawa kecil.

Bagi Neti, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini mengaku, mengalami musibah banjir sudah biasa dirasakannya selama 15 tahun terakhir tinggal di Jakarta. Sebenarnya, besar harapan Neti untuk bisa pindah kontrakan di kawasan yang bebas dari bencana musiman tersebut. Namun apa daya, sejak sang suami jatuh sakit dan akhirnya harus meninggal dunia membuatnya harus mengurungkan niatnya tersebut dan tetap berusaha mensyukuri keadaan yang dirasakannya kini.

“Anak saya selalu bilang ‘Ma kapan kita pindah?’, pas suami udah sakit uang tabungan udah abis buat berobat. Sekarang mah syukuri aja yang ada. Yang penting masih ada tempat buat neduh,” ujarnya lirih.

Penghasilan yang diperoleh Neti sebagai buruh cuci keliling memanglah tidak tentu penghasilannya. Ia menceritakan, kadang dalam sebulan ada yang memakai jasanya dengan memberi upah sebesar Rp 250 ribu. Bila ada yang ingin memakai jasanya per minggu, ia bisa menerima upah sebesar Rp 100 ribu. Dari penghasilannya sebagai buruh cuci, biasanya dimanfaatkan Neti untuk membayar sewa kontrakan, makan sehari-hari, dan biaya sekolah ke 3 buah hatinya.

“Sebenarnya mah penghasilan segitu kurang. Tapi ya sekarang mah disyukuri aja. Nggak cukup ya dicukup-cukupi aja . Ya mungkin nanti Allah akan kasih rezeki lain buat saya,” imbuhnya.

Dengan kawasan tempat tinggalnya yang hampir setiap tahun mengalami musibah banjir ini, Neti sangat mengharapkan, ada upaya dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam meminimalisir bencana musiman tersebut.

“Ya saya mah nggak ngerti gimana caranya banjir bisa berhenti. Yang tau mah pemangku kekuasaan itu. Saya mah yang penting Jakarta bisa bebas banjir tahun depan,” harapnya sambil tertawa riang. (uyang)