BEKASI, JAWA BARAT — Semenjak Jum’at (19/2/2021), beberapa titik di wilayah Kecamatan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat, terendam banjir. Jebolnya tanggul yang menopang Sungai Baru disinyalir jadi faktor utama naiknya debit air di pemukiman warga. Sejak hari itu, ratusan keluarga terpaksa mengungsi.
Karena dua hari terendam banjir, mulai muncul keluhan-keluhan dari para penyintas. Kutu air yang menyerang kulit kaki jadi yang paling banyak dialami warga. "Iya pak, ini mulai gatal-gatal dari kemarin," aku Maryati (59) warga penyintas asal Kampung Salak Bawah, Jatiasih.
Dompet Dhuafa melalui Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) telah datang ke lokasi sejak Sabtu (20/2/2021). Warga pun satu per satu berkonsultasi dengan tenaga medis yang bersiaga. Diakui oleh tenaga medis, bahwa memang fenomena kutu air banyak terjadi ketika bencana banjir. Karenanya, tenaga medis telah menyuap obat-obatab berkaitan denga keluhan tersebut.
"Sejauh ini warga banyak yang datang ke pos kesehatan dengan keluhan gatal-gatal di kaki. Beberapa diantaranya sudah luamyan parah. Karenanya kamu berikan obat-obatan minum dan juga saleb," terang Faisal, Koordinator Tim Kesehatan LKC yang bertugas.
Selain kutu air, ancaman luka pada kaki juga sering dialami oleh penyintas maupun relawan. Serpihan atau material yang dibawa banjir, terkadang dapat secara tidak sengaja melukai kaki. Bila tidak ditangani dengan baik, warga bisa terancam terinfeksi tetanus.
"Kalau luka paling banyak dialami relawan ya, karena mereka sering terjun evakuasi sehingga sesekali kaki mereka terluka. Kami tangani dengan membersihkan luka, agar ancaman infeksi tidak terjadi," tambah Faisal.
Hingga hari ini, belum nampak tanda-tanda bahwa banjir akan terus surut. Mengingat cuaca yang belum pasti akhir-akhir ini. Karenanya, tim kesehatan pun masih siaga di lokasi. Sesekali, tim kesehatan harus menyambangi penyintas untuk memberikan sosialisasi atau respon kesehatan. (Dompet Dhuafa / Zulfana)