TANAH DATAR, SUMATRA BARAT — Banjir bandang lahar dingin (Galodo) menerjang beberapa wilayah di Sumatra Barat pada Sabtu (11/5/2024). Galodo terjadi di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang. Sementara bencana banjir terjadi di Padang Pariaman, serta longsor terjadi di Padang.
Galodo sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk menamai aliran sungai yang disertai dengan sedimen (pasir, kerikil, batu, dan air) dalam satu paket/unit dengan kecepatan tinggi atau air bah. Galodo yang terjadi di Sumbar berasal dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Marapi. Gunung Marapi sendiri berkaki di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam.
Baca juga: Dompet Dhuafa Sigap Respons Bencana Banjir Bandang dan Lahar di Sumbar
Pemerintah Provinsi Sumatra Barat telah menetapkan status darurat bencana sampai 26 Mei 2024. Setelah penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang, Lahar Dingin, dan Tanah Longsor Sumatra Barat pada Senin (13/5/2024), Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Cabang Singgalang terus menggencarkan operasi pencarian korban hilang dampak Galodo di sejumlah wilayah Sumbar.
Pada Kamis (16/5/2024), DMC Dompet Dhuafa mengerahkan dua tim untuk aksi pencarian korban hilang dampak banjir bandang. Titik pertama bertempat di wilayah Kabupaten Agam, tepatnya di Nagari Galuang, Kecamatan Sungai Pua. Bersama Basarnas dan Tim SAR Gabungan, mereka menyusuri sungai yang belum terjamah sebelumnya.
Sementara, di wilayah Kabupaten Tanah Datar, Tim DMC Dompet Dhuafa melakukan operasi pencarian di Nagari Parambahan, Kecamatan Lima Kaum, bersama Basarnas yang tergabung dalam Tim SAR Gabungan menyusuri sisi kiri Sungai Perambahan.
Baca juga: Dompet Dhuafa Terjunkan Tim Respons Guna Percepatan Penanganan Banjir Bandang di Bandung
Mida Dwi Nurlina, Penanggung Jawab Respons Banjir Bandang dan Tanah Longsor Sumbar DMC Dompet Dhuafa, mengatakan bahwa personil DMC akan terus membantu operasi SAR yang dilakukan.
“Terkait status tanggap darurat yang turun dari Gubernur Provinsi Sumatra Barat, kita terus gencar bergabung dalam operasi SAR bersama Basarnas. Ini menjadi prioritas aksi yang dilakukan Basarnas dan pihak lain selama status tanggap darurat ini,” ujar Mida.
Sebagian besar korban berasal dari desa-desa yang berdekatan dengan aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi. Banjir bandang yang membawa bebatuan atau kerap disebut sebagai Galodo itu menerjang pemukiman saat malam, sehingga membuat banyak orang kesulitan menyelamatkan diri.
Baca juga: DMC Kerahkan Tim Respon Darurat Banjir Bandang Aceh Tamiang
Pada Sabtu (11/5/2024) petang, beberapa daerah di Sumbar diguyur hujan dengan intensitas tinggi, sebagian lain gerimis tanpa henti. Malam Minggu pun kelabu, hujan tak kunjung reda. Tepat pukul 22.00 malam, Galodo turun dengan deras di Agam dan menghantam apa pun yang dilewatinya. Sementara di daerah Tanah Datar, Galodo menghantam pukul 00.00 dini hari di saat banyak masyarakat Sumbar yang terlelap dalam tidurnya.
Berdasarkan data Situation Report DMC Dompet Dhuafa, hingga kini sebanyak 61 korban meninggal dunia dan 11 korban dalam pencarian. Dompet Dhuafa pun terus mengupayakan berbagai respons mulai dari SAR, Pos Hangat, support team relawan gabungan, aksi bersih dan melakukan Psychological First Aid (PFA) untuk anak-anak.
Diketahui, salah satu dampak banjir bandang tersebut adalah jalan utama yang menghubungkan Padang dan Bukittinggi lumpuh total. Di antaranya adalah jalur Sungai Jambu. Pada sepanjang lintas sungai itu terdapat beberapa bangunan baru, seperti rest area, kafe, restoran, dan pusat wisata keluarga lainnya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Anndini Dwi Putri, DMC
Penyunting: Dhika Prabowo, Ronna